Reciprocity: Ajaran Termulia Semua Agama Dunia

MENGHERANKAN bahwa tidak ada GOLDEN RULE UNIVERSAL ini dalam Quran maupun Hadist Nabi! Islam satu-satunya yang absen dan bungkam disini! Padahal banyak ulama Islam mengajarkan para muslim untuk mengasihi sesamanya. Namun harus diluruskan bahwa mereka menyatakan demikian karena berdasarkan suara hati nuraninya sebagai manusia, karena Islam dipercayainya paling tidak sama baiknya dengan agama lain yang berlandaskan Kasih. Namun sungguh tidak ada satupun ayat dalam Quran yang menyatakan prinsip Golden Rule yang universal tersebut. Itu agaknya yang menempatkan Islam sulit menyikapi dan bertoleransi dalam kancah global dengan nilai-nilai universal. Seumpama menghayati HAM, mensetarakan gender, kafir- nonkafir dll. Apa yang dikatakan Muhammad mengenai bagaimana mengasihi yang sejatinya?
Rasulullah mengatakan, ‘Tidak ada seorangpun akan memiliki iman sebelum ia menginginkan bagi saudaranya (MUSLIM) apa yang diinginkan bagi dirinya.” (Sahih Bukhari 2:12)


Oleh: Kalangi - Januari 2016

Ya, tidak mungkin bisa dibantah bahwa asas reciprocity  atau timbal-balik- privilege ini adalah ajaran termulia dari setiap agama dalam hubungan interaksi sesama umat Tuhan. Kenapa begitu? Ya, dasarnya adalah keadilan dan fairness dan kesetaraan perlakuan diantara setiap manusia yang berbeda-beda. Kita tahu manusia itu pada dasarnya adalah self-centered, egois, sulit mengukur keadilan dan fairness dalam setiap isyu interaksi kemanusiaan dimana dia ada terkait, langsung atau tidak langsung. Seseorang mudah sekali mengkritik dan menuding orang lain, namun bungkam (atau malah membela) bilamana hal negative yang sama itu terjadi pada dirinya atau “keluarga besarnya”.

Yesus adalah GURU dan NABI yang paling bermoral yang mendamprat manusia munafik yang tidak bisa mengadili sesamanya secara berkeadilan. Ia berkata dalam Injil Matius pasal 7:

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Dengan timbangan yang kita timbangkan kepada seseorang, maka kitapun harus siap ditimbang oleh pihak luar terhadap kita. Inilah yang disebut GOLDEN RULE, Hukum Emas yang berlaku adil dan universal bagi umat manusia. Menempatkan manusia bisa saling membagi dan memberi dalam timbang rasa yang mulia- manusiawi. Itu sebabnya hampir setiap agama memuat Golden Rule tersebut dalam hukum dan ajaran mereka. Kita bacakan ayat-ayat emas dari Aturan Emas ini yang terdapat  dalam pelbagai Buku Emas (Suci) agama dunia, sbb.

BUDHA:

“…suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagiku, bagaimana aku dapat melakukan hal yang sama terhadap orang lain ?”  (Samyutta Nikaya v. 353)
“Jangan sakiti orang sebagaimana itu akan menyakiti dirimu.“  (Udana Varga 5:18)

KONG HU CU:

“Ze-Gong bertanya, ‘Apakah ada satu kata yang bisa merangkum prinsip kelakuan manusia?’ Konfucius menjawab, ‘Kata ‘XU’ — resiprositas. Jangan berlakukan terhadap orang lain apa yang kau sendiri tidak suka.”  (Doctrine of the Mean 13.3)

TAOISME

Ia setia kepada yang setia; ia juga setia kepada yang tidak setia: karena kebajikan adalah setia. (Tao Teh Ching, Bab 49)
Anggaplah keuntungan tetangga anda sebagai keuntungan anda sendiri, dan kerugian tetangga anda sebagai kerugian anda sendiri. (T’ai Shang Kan Ying P’ien)

SHINTO

“Bermurah hatilah pada semua makhluk, kasih adalah representatif dari Tuhan.” (Ko-ji-ki Hachiman Kasuga)

HINDU:

“Inilah kesimpulan Dharma: Jangan perlakukan orang lain sehingga menyakitkanmu jika itu dilakukan padamu.”  (Mahabharata 5:1517)

KRISTEN:

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 7:12.


ISLAM: ADAKAH PRINSIP RESIPROSITAS INI DALAM ISLAM?

MENGHERANKAN bahwa tidak ada GOLDEN RULE UNIVERSAL ini dalam Quran maupun Hadist Nabi! Islam satu-satunya yang absen dan bungkam disini! Padahal banyak ulama Islam mengajarkan para muslim untuk mengasihi sesamanya. Namun harus diluruskan bahwa mereka menyatakan demikian karena berdasarkan suara hati nuraninya sebagai manusia, karena Islam dipercayainya paling tidak sama baiknya dengan agama lain yang berlandaskan Kasih. Namun sungguh tidak ada satupun ayat dalam Quran yang menyatakan prinsip Golden Rule yang universal tersebut. Itu agaknya yang menempatkan Islam sulit menyikapi dan bertoleransi dalam kancah global dengan nilai-nilai universal. Seumpama menghayati HAM, mensetarakan gender, kafir- nonkafir dll. Apa yang dikatakan Muhammad mengenai bagaimana mengasihi yang sejatinya?

Rasulullah mengatakan, ‘Tidak ada seorangpun akan memiliki iman sebelum ia menginginkan bagi saudaranya (MUSLIM) apa yang diinginkan bagi dirinya.” (Sahih Bukhari 2:12)

Saudara dalam Islam hanyalah mereka yang Muslim, yang mengakui Allah SWT dan Muhammad sebagai nabi Allah. Karenanya kewajiban mencintai manusia hanyalah mencintai sesama Muslim, bukan orang lain yang berbeda agama yang justru dianggap KAFIR. Hukum Islam mengajarkan bahwa Muslim dilarang berdoa bagi non-muslim, dilarang menjenguk orang non muslim yang sakit, dilarang mengucapkan selamat hari raya keagamaan kepada non muslim, sampai kepada penyingkiran dan pembinasaan mereka!

Ilustrasi: pembantaian warga Ahmadiyah oleh massa Muslim di Cikeusik, Propinsi Banten

 

Rasulullah berkata, “Aku telah diperintahkan (oleh Allah) untuk MEMERANGI orang-orang sampai mereka mengaku bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,….(Sahih Bukhari 2:24)

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah KERAS TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka (MUSLIM)….(QS 48:29)

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi TEMAN atau PENOLONG dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (SIASAT) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka….. (QS 3:28).
[Orang kafir malah boleh ditipu/di siasati dalam membela ego-dirinya]

Hai orang-orang yang beriman, PERANGILAH orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui KEKERASAN daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS 9:123).

Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS.8:12).
Apakah Tuhan Sejati yang menciptakan berbagai keanekaragaman mungkin mengajarkan hal seperti itu? Kita bersyukur bahwa lebih banyak agama yang mengajarkan prinsip timbal-balik  resiprositas universal ini daripada yang mengajarkan prinsip membenci dan membunuh terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Entah apa jadinya dunia ini jikalau semua agama memakai prinsip yang diajarkan oleh Muhammad tersebut. Entah bagaimana bila agama ‘Hindu’, ‘Budha’, ‘Kristen’, ‘Kong Hu Cu’ dan lain2 agama non-muslim  juga memerintahkan menyerang, berlaku keras, dan memerangi dan membunuh para pengikut Nabi yang memerangi mereka?

Tiap agama memiliki konsep atau pendekatan yang berbeda mengenai Tuhannya, namun semua agama pada dasarnya memiliki prinsip yang sama, prinsip universal yang diajarkan oleh Tuhan mereka. “JANGAN MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN SEBAGAIMANA YANG KITA TAK INGIN DIPERLAKUKAN.” Melalui prinsip ini kita tahu bahwa mencuri, membunuh, memperkosa tidak baik, kerena itu merugikan Anda dan orang lain dan kita semua tidak ingin mengalami hal demikian. Dari prinsip ini kita juga mengetahui bahwa kejujuran, mengasihi, pengampunan, adalah hal yang baik, karena itulah hal yang kita inginkan dari orang lain.

Banyak agama yang meyakini Tuhan hanyalah satu (ESA), meskipun demikian kita tidak dapat mencela dan menghujat apalagi membunuh penganut kafir politheisme, yang mempercayai Tuhan itu lebih dari satu, karena bagaimanapun juga, itu adalah sebuah konsep iman yang mereka percaya dan yang akan dipertanggung jawabkan sendiri-sendiri kepada Tuhannya, bukan kepada Tuhan Islam! Sekalipun Islam merasa unggul dengan monoteisme Tawhidnya, bukankah Islampun tidak mampu menunjukkan dimana existensi Allah SWT? Allah Islam ini tidak pernah bermanifestasi dalam sejarah manusia, dan tidak dapat digambarkan dalam wujud dan bentuk apapun (monotheisme absolut tapi tidak ada realitasnya). Bahkan untuk berbicarapun (wahyu) Allah Islam tidak memperdengarkan suaraNya sendiri, melainkan hanya melalui suara Kurir-Nya, yaitu yang dipanggil “Jibril”. Ini berlainan dengan nabi2 bangsa Yahudi, dimana Tuhan sendiri menyatakan kehendak dan pesanNya dengan berbicara langsung dengan nabi2 tersebut, bahkan muka dengan muka (dengan Musa). Jadi iman dan kepercayaan siapa yang UNGGUL?

Jadi silahkan percaya apa-saja asal jangan sampai menistakan pihak lainnya. Wafa Sultan ex-Muslim berpesan: “Silahkan engkau menyembah batu sekalipun, asal jangan Batumu itu dipakai untuk melempari orang lain yang tak menyembahnya”. Silahkan beriman, asal tidak membutakan diri. Ujilah semua doktrin yang pokok sebelum  diimani. Ingat bahwa Iblis sangat ahli menyamar dan memutar balikkan kebenaran. Ingat juga bahwa kebenaran itu bukan hasil dari pen-salah-salahan agama orang lain, melainkan harus tercermin dari essensi kebenaran wahyu Tuhannya sendiri. Maka janganlah ada Allah atau nabiNya yang mengutuk pihak lain yang percaya akan wujud Tuhannya yang (misalnya) berinkarnasi dalam diri Yesus, yang disebut sebagai Putera Allah:

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS.9:30).

Bahkan Yahudi juga ikut dilaknati atas hal yang tidak pernah  mereka lakukan, tapi toh terlanjur dituding salah oleh Allah (tanpa minta maaf) seolah ada sosok UZAIR yang mereka jadikan “Anak Allah”! Itu HARAM bagi Yudaisme, dan memang tak ada Yahudi manapun yang pernah mentuhankan Uzair (yang mana, ya?).


SEKILAS MELIHAT KEINDAHAN AGAMA-LAIN DARI DALAM DIRINYA.

Lihat konsep ketuhanan Hindu. Bukankah para pengikutnya juga meyakini bahwa Tuhan dapat diwujudkan tanpa menciderai kemanunggalanNya? Konsep Tuhan tidak hanya dinyatakan dalam “nama” dan “sifat-sifat” divinitasnya, namun juga dapat dinyatakan dalam pribadi atau ikon-ikon (seperti Krisna, dan Yesus).
Banyak manusia dengan sombong mengkritik konsep inkarnasi dengan mengatakan; “Tidak masuk akal jika Tuhan menjadi manusia atau menjadi serupa dengan ciptaanNya”.

Tujuan mereka mungkin baik, yaitu untuk mengagungkan Tuhan menurut konsep mereka, namun bukankah itu justru meremehkan Tuhan, seakan-akan Tuhan yang maha kuasa tak mampu melakukan hal tersebut? Padahal mereka mempercayai bahwa Setan bisa menjelma dan merasuki seseorang! Tidakkah ini memprihatinkan?

Demikian juga dengan umat Budha yang juga memiliki konsep Ketuhanannya sendiri. Konsep ini digambarkan sangat indah oleh Sang Buddha;

“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.” (Sutta Pitaka, Udana VIII).

Kembali ke Golden Rule. Apa beda yang ditampilkan oleh pelbagai agama diatas? Pertama, Yesus bukan hanya mengusulkan atau menginisiasikan, tetapi meme-rintahkan manusia untuk saling mengasihi. Oke saling mengasihi manis-manise didunia yang penuh dengan permen manis, tetapi apa bukti dan tolok ukur yang measurable (bisa diukur) untuk saling mengasihi dengan sejati? Dan kembali Yesus berkata dalam rumusan resiprokal, ”KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA SEPERTI DIRIMU SENDIRI” (Markus 12:31).

Oke, ini bisa dimengerti sebagai hukum kasih yang hebat. Lengkap dengan tolak ukurnya yang jelas untuk mencegah bias egoisme. Tetapi bagaimana dengan tolak-operasionalnya dalam keseharian? Kembali Yesus menjabarkannya sejelas yang diperlukan oleh manusia universal, apapun orientasi ego dan self-center-nya.

Yesus berkata:

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7:12).

Ini suatu JUKLAK (petunjuk pelaksanaan hukum) yang bukan saja paling jelas, sederhana, measurable dan adil keluar dan kedalam, tetapi juga sekaligus perintah yang harus dijalankan secara aktif: PERBUATLAH ITU! Dan inilah keunggulan ajaran Yesus ketimbang ajaran Guru-guru lain yang sekalipun mengajarkan asas- resiprositas, namun umumnya dalam bentuk yang lebih pasif: JANGAN PERBUAT ITU! Dengan resiprositas pasif, Anda dan saya sudah otomatis lulus menjalani hukum tersebut tatkala Anda dan saya tidur-tiduran tanpa bikin masalah kepada pihak luar Namun apa yang Anda sumbangkan bagi dunia dengan cara pasif begitu?

APAKAH “PAHALAMU”?

 

Artikel ini dipetik dari Sharingkalimatallah.com