Bukti Bahwa Muhammad Adalah Nabi Sejati

“Saudara-saudariku dimana saja berada! …
saya menulis esai ini untuk semua pria dan wanita di seluruh dunia.
Saya meminta kepada Allah agar Ia memfasilitasi esai ini agar mencapai
setiap telinga, dilihat setiap mata, dan dipahami setiap hati....
Saudara-saudariku dimanapunberada! Kalian harus tahu bahwa sang Utusan, Muhammad anak Abdullah (SAW) adalah utusan Allah dalam realita dan kebenaran. Sangat banyak bukti yang menunjukkan kebenarannya. Tak seorangpun, kecuali orang kafir, yang oleh karena kesombongannya, yang dapat menyangkali tanda-tanda ini”.

(Shaykh`Abdul Rahman`Abdul Khaliq)

NB. Dengan bantahan oleh Hamba Tuhan Ex-Muslim (Bab B).

Itulah yang dikatakan oleh Shaykh Abdul Rahman Abdul Khaliq (dan Muslim umumnya), yang telah sedemikian tersihir dengan sisi-kedewaan Muhammad sehingga tidak melihat samasekali sisi-kemanusiaannya yang justru penuh dengan kegelapan yang memalukan! Padahal --bagi seorang nabi Allah-- sejuta kemuliaan yang dia peroleh tidak akan mengabsahkan satu atau dua kejahatan yang diperbuatnya, baik sembunyi-sembunyi, apalagi terang-terangan! Mari kita secara jujur memaparkan 12 bukti-bukti “komprehensif” kenabian-sejati dari Muhammad sebagaimana yang dikumpulkan Shaykh Abdul Rahman Abdul Khaliq ini (Bab A). Dan kita cukup memberi beberapa counter catatan obyektif serta mempertanyakan kritis beberapa butir “sisi-kemalaikatan” yang telah diusungkan dalam mabok kepayang kepada Muhammad, yang mana akan segera menghantar pembaca kepada kesimpulan yang berbeda (Bab B).
 
(A). Berikut adalah bukti-buktinya (dari Abdul Rahman Abdul Khaliq):

1. Muhammad (SAW) dibesarkan sebagai orang yang buta huruf, tidak dapat membaca atau menulis, dan tetap seperti itu hingga akhir hidupnya…. Sebelum menerima wahyu, ia sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang agama atau memberikan pesan/pengajaran. Ia tetap seperti itu selama 40 tahun pertama hidupnya. Wahyu kemudian datang kepada Muhammad dengan Quran yang kini kita miliki di tangan kita. Quran ini menyebutkan banyak peristiwa yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya, mengatakan kepada kita mengenai peristiwa-peristiwa tersebut dengan sangat terperinci seperti yang terdapat di dalam Taurat yang diturunkan kepada Musa dan dalam Injil yang diturunkan kepada Yesus. Baik orang Yahudi maupun Kristen tidak dapat mengingkari apapun yang ia katakan.

2. Muhammad (SAW) juga meramalkan segala sesuatu yang akan terjadi padanya dan komunitasnya setelah ia tiada, mendapatkan kemenangan, pergantian kerajaan-kerajaan tirani Khosrow [gelar bangsawan untuk raja-raja Persia Zoroaster] dan Kaisar Roma, dan penegakan agama Islam di seluruh dunia. Peristiwa-peristiwa ini terjadi tepat seperti yang diramalkan Muhammad, seakan ia membaca masa depan dari sebuah buku yang terbuka.

3. Muhammad (SAW) juga menghadirkan Quran berbahasa Arab yang merupakan puncak keelokan dan kejelasan. Quran menantang orang-orang Arab yang cakap dan mahir pada masanya, yang awalnya menolaknya, untuk menghadirkan satu sura seperti/semisal Quran. Para cendekiawan Arab pada masanya tidak mampu menyaingi Quran.  

Sesungguhnya, hingga di jaman kita sekarang inipun, tidak seorangpun yang berani mengklaim bahwa ia dapat menyusun kata-kata yang setara -atau bahkan mendekati sekalipun – dengan keteraturan, keanggunan, keindahan dan kehebatan Quran yang mulia ini.

4. Sejarah hidup nabi yang mulia ini adalah teladan yang sempurna akan kebenaran, kemurahan, belas kasihan,kejujuran, keberanian, murah hati jauh dari semua karakter jahat, dan tidak mementingkan perkara duniawi, dan hanya memperjuangkan pahala di akhirat. Lebih jauh lagi, dalam semua tindakannya dan perbuatannya, ia sangat bertakwa dan takut kepada Allah.

5. Allah membangkitkan kasih yang besar kepada Muhammad (SAW) di hati semua orang yang percaya kepadanya dan telah bertemu dengannya. Kasih ini mencapai tingkatan tertentu sehingga semua sahabatnya dengan rela hati mengorbankan dirinya, ibu atau ayahnya bagi Muhammad.
Hingga hari ini, mereka yang percaya kepada Muhammad menghormati dan mengasihinya. Siapa saja yang percaya kepadanya akan memberikan keluarganya sendiri dan hartanya untuk bertemu Muhammad, walau hanya sekali.

6. Semua sejarah tidak menjaga biografi seseorang seperti halnya biografi Muhammad yang merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam dunia.

Seluruh dunia inipun tidak mengenal siapapun yang setiap pagi dan malam, dan banyak kali di sepanjang hari, selalu dipikirkan oleh orang-orang yang percaya kepadanya. Dalam mengenang Muhammad, orang beriman kepadanya akan memberinya salam dan meminta Allah untuk memberkatinya. Mereka melakukannya dengan segenap hati dan kasih yang murni kepadanya. 

7. Juga tidak pernah ada orang di bumi ini yang masih diikuti setiap perbuatannya oleh orang-orang yang percaya kepadanya.
Mereka yang percaya kepada Muhammad, tidur seperti cara ia tidur; menyucikan diri mereka (dengan berwudhu) seperti cara ia menyucikan diri; dan meneladani praktik hidupnya; mereka makan, minum dan berpakaian seperti dia…. 

Selain dari itu, semua orang yang percaya kepada Muhammad mengulangi pujian kepada Allah, doa-doa khusus, dan kalimat-kalimat (semacam mantra) yang ia katakan, melakukan setiap perbuatannya siang dan malam, seperti: apa yang ia katakan ketika ia memberi salam kepada orang, ketika masuk atau keluar rumah, masuk dan keluar mesjid, masuk dan keluar kamar mandi, pergi tidur dan bangun tidur, mengamati bulan sabit, mengamati buah pertama di pohon, makan, minum, berpakaian, naik kuda, melakukan perjalanan dan kembalinya, dsb.
Lebih jauh lagi, semua orang yang percaya kepada Muhammad benar-benar melaksanakan – setiap tindakan ibadah seperti sembahyang, berpuasa, amal dan ibadah Haji – seperti yang diajarkan dan dipraktikkan sendiri oleh nabi mulia (SAW). Semua ini mengijinkan orang-orang yang percaya kepadanya, untuk menjalani hidup mereka dalam segala aspek dengan nabi mulia sebagai teladan mereka, seakan ia berdiri di hadapan mereka, untuk mereka ikuti dalam setiap perbuatan mereka.

8. Belum pernah ada dan tidak akan pernah ada seseorang dimanapun di muka bumi ini yang pernah menerima kasih seperti itu, respek, kehormatan dan ketaatan dalam segala hal – besar dan kecil – seperti yang dialami nabi mulia ini. 

9. Sejak jamannya, di setiap wilayah di bumi dan dalam setiap periode, nabi mulia ini telah diikuti orang-orang dari semua ras, warna kulit dan bangsa. Banyak dari mereka yang mengikutinya berasal dari latar belakang Kristen, Yahudi, pagan, penyembah berhala, atau tidak beragama. Di antara mereka yang memilih untuk mengikutinya, ada yang dikenal mempunyai penilaian yang baik, hikmat, refleksi dan wawasan. Mereka memilih untuk mengikuti nabi mulia ini setelah mereka menyaksikan tanda-tanda kebenarannya dan bukti-bukti mujizatnya. Mereka tidak mengikuti Muhammad karena paksaan atau kewajiban atau karena mereka telah meniru perilaku orangtua mereka.     

Sesungguhnya banyak dari para pengikut nabi (SAW) ini yang memilih untuk mengikutinya ketika Islam masih lemah, ketika hanya ada sedikit orang Muslim dan ada penganiayaan besarterhadap para pengikutnya di muka bumi ini….
Nabi ini adalah benar dan sungguh-sungguh utusan Allah dan bahwa ia bukanlah manusia biasa yang mengklaim kenabiannya atau berbicara mengenai Allah tanpa pengetahuan.

10. Dengan semua ini, Muhammad datang dengan sebuah agama yang besar dalam ujud pengakuan imannya dan legalitasnya.Muhammad menggambarkan Allah dengan kualitas-kualitas yang sempurna, dan pada saat yang sama menggambarkan-Nya dalam cara yang membebaskanNya dari hal-hal yang tidak sempurna. Baik para filsuf maupun orang-orang bijak tidak ada yang dapat menggambarkan Allah seperti itu. Sesungguhnya adalah mustahil jika membayangkan ada pikiran manusia yang dapat memahami sosok (being) yang eksis yang memiliki kemampuan sempurna seperti itu, juga pengetahuan dan kebesaranNya; Sosok yang telah menundukkan semua ciptaan; yang melampaui segala sesuatu dalam alam semesta, besar atau kecil; dan yang memiliki kemurahan sempurna seperti itu. 

Juga tidaklah terletak dalam kemampuan manusia manapun untuk menggantikan sebuah hukum yang sempurna yang berdasarkan keadilan, kesetaraan, kemurahan dan obyektifitas bagi semua aktifitas manusia di bumi seperti hukum-hukum yang dibawakan Muhammad bagi semua segi aktifitas manusia – seperti aktifitas membeli dan menjual, pernikahan dan perceraian, sewa-menyewa, kesaksian, pengasuhan, dan semua kontrak lain yang perlu untuk menunjang kehidupan dan peradaban dunia.

11. Adalah mustahil bila ada orang yang memiliki hikmat, moral, perilaku yang baik, karakter mulia, seperti yang dimiliki nabi (SAW).
Dengan cara yang utuh sempurna, Muhammad menyebarkan pengajaran berkenaan karakter dan sikap terhadap orangtua, kerabat, teman, keluarga, sesama manusia, hewan, tumbuhan dan benda2 mati. Mustahil pikiran manusia semata yang memahami semua pengajaran itu atau yang memunculkannya.

Semua keutamaan itu mengindikasikan bahwa Utusan yang satu ini (Muhammad) tidak menyebarkan agama ini dari dirinya sendiri, tetapi itu adalah pengajaran dan inspirasi yang ia terima dari Dia yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan alam semesta ini dengan kesempurnaan dan arsitektur yang ajaib.

12. Wujud pengaturan legal dan pokok-iman keagamaan yang diturunkan kepada Muhammad mencerminkan wujud pengaturan alam semesta. Semua ini menunjuk-kan bahwa Dia yang menciptakan alam semesta adalah Dia yang menurunkan hukum raya dan agama yang benar. Tingkat hukum ilahiah yang tidak tertirukan yang diturunkan kepada Muhammad adalah setingkat penciptaan alam semesta yang ilahiah ini, demikian jugalah manusia tidak dapat mengajukan hukum seperti hukum Allah yang Ia turunkan kepada Hamba dan utusan-Nya Muhammad (SAW).
 http://www.sultan.org/articles/prophetmuhammad.html
 
(B). BANTAHAN-MATI: SERIBU BUKTI MUHAMMAD ITU BUKAN NABI

Kedua belas bukti Nabi Allah yang disodorkan oleh Shaykh`Abdul Rahman`Abdul Khaliq diatas, bisa kita ringkas dan kelompokkan dalam beberapa butir yang mengerucut pada pengkultusan Muhammad sebagai “manusia dewa”. Kita tak perlu tanggapi butir-butir jenis yang mabok kepayang. Biarlah “seorang pria kotordengan rambut panjang awut-awutan” dilihat dan dinikmati oleh para pemabok sebagai “wanita cantik yang sexy menggiurkan”. Ya kita tak boleh lupa bahwa umat bisa bersepakat dalam kesalahan! (lihat makalah saya: Dilema Islam: "Dare To Know" -- Haruskah Muslim Mendustakan Akal Sehatnya? buktidansaksi.com/blogs).

Disini kita hanya mau membantahi butir yang TELAH DIBIASKAN secara ngawur seperti pada butir nomor 1, 2, dan 3 saja. Kita bantahi secara bersambung. Selebihnya, cukup disodorkan sejumlah kebrutalan Muhammad seperti paparan ringkas dibawah ini, yang mustahil bisa dikwalifikasikan Allah sebagai NabiNya, kecuali Allahnya adalah pula Pendusta (QS.3:54).
MUHAMMAD DENGAN BUKTI SEJARAH DIRINYA:

* Marriage and sex go-round

Muhammad boleh dan sudah menikah sebanyak pasangan yang dia ingini, baik yang resmi maupun bergundik-ria (QS.33:50). Berapa istri dan gundik yang telah mengisi harem Muhammad? Tidak ada yang mampu mencatatnya dengan persis. Ada yang mengatakan 11 istri. Sirat Ibn Ishaq menyebutkan 14, tapi bersama dengan sumber-sumber lain yang otoritatif (seperti Al-Tabari,Ibn Sa'd, al-Qayyim dll) total  mencatat 19 istri atau “½ istri”, belum termasuk wanita tawanan budak sex, atau yang dengan sukarela memberi dirinya pada Muhammad, atau yang kontrak kawinnya diputuskan oleh salah satu pihak.

Ini terjadi diabad ke-7, sementara sebelum abad ke-1 para nabi-nabi Islam sudah lama menafikan “marriage goes round” ini. Nabi Zakharia, Yahya, Isa, Hawariyyun (murid2) Isa Al-Masih semuanya adalah monogamy atau anti-pologami –menirukan 6 moyang mereka yang  paling awal sejak Adam-- dan menjaga kesucian sexualitas hingga dirusak pertama kalinya oleh Lamekh (Kejadian 4:19), namun kelak dimurnikan kembali oleh Yesus mengenai “dua tubuh yang dipersatukan secara kudus” dihadapan Elohim!

* Tidak adil memperlakukan para istrinya

Allah memerintahkan pria poligamis untuk hanya dan hanya berpoligami jikalau ia sanggup berlaku adil bagi setiap istrinya (QS.4:3). Namun Muhammad sebagai teladan moral & etika tertinggi mendamparkan perintah suci tersebut. Dalam haremnya, tidak tersembunyikan adanya kubu istri-istri favorit Muhammad (Aisha, Hafsah, Safiyyah), yang bersaingan dengan kubu tandingan (Um Salam dan lainnya). Dan menyisakan istri tua, Saudah --yang tadinya mau diceraikan Muhammad tapi tidak jadi--tidak lagi mendapat hari-gilirnya dari sang Nabi  (Abu Dawud vol.2 no.2130, p.572). Ketidakadilan keluarga besar poligami inilah yang segera mencuatkan skandal sex dan irihati dalam lingkup rumah tangga Muhammad yang memaksa banyak ayat-ayat wahyu Allah sampai harus diturunkan demi menyelamatkan “keteladanan” nabiNya yang memalukan (lihat butir selanjutnya). Dari satu fakta ini saja, sebenarnya Muhammad sudah harus dikeluarkan dari daftar Rasul dan Nabi Sejati.

* Kawin dengan istri-mantu, tanpa wali dan saksi

Zaynab binti Jahsh, dikawinkan oleh Muhammad kepada anak angkatnya yang sah dengan menyandang nama ayahnya, Zayd bin Muhammad. Tapi Muhammad pula yang bernafsu terhadap Zaynab dan akhirnya mengawininya, setelah anaknya menceraikannya karena tahu bapaknya berminat. Ini skandal yang bisa merebak, sehingga Allah terpaksa harus menurunkan banyak sekali ayat-ayat personal tetek bengek dalam Quran khusus untuk “menetralkan” aib nabiNya. Sampai-sampai nama Zayd (yang bukan nabi, bukan tokoh apapun) namun namanya terpaksa harus dituliskan Allah di Quran di Lauh Mahfuhz yang kekal bersama dengan nama Abu Lahab? (QS.33:37; S.111). Mungkinkah Quran mengabadikan nama-nama sesepele sekerdil begitu? Keaiban bertambah ketika Muhammad terpaksa pula untuk segera melakukan pernikahannya dengan Zaynab walau tanpa wali dan saksi. Aneh! Kenapa Muhammad tidak sanggup menghadirkan wali dan saksi untuk pernikahan yang satu ini? Tentu berkaitan dengan aib dan malu yang terjadi, yang menjadi sebab kenapa Muhammad kelak berkata, “Wanita datang dan diam dalam bentuk setan” (HS.Muslim 8.3240). Namun Muslim cukup dipuaskan dengan memilih alasan plintiran dari kedua mempelai tersebut seolah mereka telah dikhususkan untuk dinikahkan disurga dimana Allah menjadi saksinya.Zaynab berkata : “Allah mengawinkan saya di Surga ketujuh." (HS.Bukhari 9.93.517).

* Selingkuh sex dengan budaknya

Inilah skandal sex Muhammad yang sangat memuakkan. Ia berselingkuh-sex dengan budaknya Maria Kibthiyah secara sembunyi-sembunyi dan akal-akalan terhadap istrinya Hafsah. Kepada Hafsah diberitahu bahwa ayahnya sedang mencari dia. Dan ketika Hafsah pergi, Muhammad memanggil budaknya Maria untuk bermesuman. Dan itu terjadi di rumahnya Hafsah, dikamar tidurnya Hafsah, dihari gilirnya Hafsah, dan dipergoki sendiri oleh Hafsah! (sekembalinya dari ayahnya yang memang tidak mencarinya). Muhammad panik, minta Hafsah untuk tidak menceritakan permesuman ini kepada siapapun sebagai imbalan/ barteran dia bersumpah untuk total stop-sex selanjutnya dengan Maria (yang akhirnya dia langgar juga, he-he-he!).

Jadi Muslim seharusnya bisa melihat bahwa Muhammad –walau kepergok dan tersudut—namun tidak betul-betul menyesal dan minta maaf kepada istrinya dan minta ampun kepada Allahnya! Ia hanya menyelamatkan dirinya dengan cuci gudang: membarter sex atas sex! Huhhh!

* Sadisme yang paling menjijikkan

Memerintahkan pembunuhan kepala suku Yahudi dan keluarganya-- istrinya ditawan sebagai rampasan -- dihadiahkan kepada si pembunuh sebagai budak sex -- tapi direbut kembali budak sex itu setelah tahu akan kecantikannya -- budak sex itu diambil istri bagi dirinya – tapi untuk itu Muhammad harus bayar mahar kawin --  dan dia “membayar mahar kawinnya” sesukanya secara sepihak -- berupa pelepasan status-budak calon istrinya – padahal dia sendirilah yang memperbudakkannya!

Itulah Safiyyah binti Huyai yang diperlakukan sesukanya oleh Nabi Allah Muhammad!

Diriwayatkan ‘Abdul’ Aziz:

Anas berkata, “Ketika Rasul Allah menginvasi Khaibar, kami melakukan shalat Subuh disana ketika hari masih gelap... Ketika ia memasuki kota, ia berseru, “Allahu Akbar! Khaibar diruntuhkan… Kami menaklukkan Khaibar, menawan tawanan, dan barang jarahan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Rasul Allah! Berilah aku seorang budak perempuan diantara tawanan’. Nabi berkata, ‘Pergi dan ambillah budak perempuan yang mana saja’. Iapun mengambil Safiya binti Huyai. (Tetapi) Seseorang datang kepada Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Engkau memberikan Safiya binti Huyai kepada Dihya, padahal ia (Safiya) adalah perempuan paling terkemuka dari suku Quraiza dan An-Nadir dan ia hanya pantas untuk engkau saja’.

Maka Nabi berkata, ‘Bawa ia (Dihya) bersama dia (Safiya)’. Maka keduanya menghadap dan ketika Nabi melihat Safiya, iapun berkata kepada Dihya, ‘Ambillah gadis budak mana saja dari para tawanan selain dia’. Anas menambahkan: Nabi membebaskan perbudakannya dan mengawininya.”
Thabit bertanya kepada Anas, “O Abu Hamza! Apa yang Nabi bayarkan kepadanya (Safiya) (sebagai mahar)? Ia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya sebab dia (Muhammad) telah membebaskannya dari perbudakan dan kemudian mengawininya.” Anas menambahkan, “Ketika dalam perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk upacara perkawinan dan pada malamnya dia mengirimnya sebagai pengantin perempuan untuk Nabi”. (Sahih Bukhari 1.367)

Mahar adalah “emas kawin” yang Muhammad harus bayarkan kepada setiap pengantin perempuannya, dan yang dibicarakan dan disetujui sebelumnya. Tapi kenyataannya Muhammad tidak membayar mahar apapun kepada Safiyah, kecuali mengawininya budak rampasannya dengan berkata: “itulah maharnya!”. Padahal Muhammad-lah yang membunuh suaminya dan memaksa Safiyah jadi budaknya, dan kini mengingininya. Itu adalah perampasan hidup dan hak manusia, yang tidak bisa diganti dengan mahar-maharan sepihak! Muhammad harus diseret dalam pengadilan moral dan keadilan, bukan malah merasa menjadi hakim yang memberi mahar kehormatan. Cara pikir Muhammad yang kini diadopsi oleh Muslim sungguh merupakan kegilaan diluar kewarasan.

Namun Muhammad tidak bergeming. Ia sejak itu malahan menggandakan ketidak-warasan itu dengan mengajarkan bahwa ia telah memperoleh 2 pahala dengan mengawini Safiyah. Satu adalah memerdekakan seseorang, dan kedua adalah mengambilnya untuk memberi kehormatan dengan jalan menikahinya.

“Abu Musa melaporkan bahwa Rasul Allah berkata tentang seseorang yang memerdekakan seorang wanita budak, dan kemudian menikahinya, bahwa baginya tersedia dua pahala.” (Sahih Muslim 8.3327).

Sayangnya tidak disebutkan disini bahwa yang mengawininya adalah pembunuh ayah, suami, dan famili dari si wanita budak yang dikawini. Dan wanita budak tersebut adalah budak yang terjadi karena brutalitas kebinatangan dari yang akan mengawininya!

Karena sangat memalukan, maka kisah Safiyah banyak dimanipulasi dan diplintirkan oleh pihak Muslim. Namun periksalah dengan akal sehat yang cermat, apa yang dilaporkan secara detil oleh Tabari. Kisah ini juga dapat ditemui dalam Sirat Ibn Ishaq. Dan dari Tabaqat yang disusun oleh Ibn Sa’d.

Orang tua dan keluarga Safiyah Binti Huyai Ibn Akhtab sudah dibunuh. Muhammad memberi perintah agar Kinana, suami Safiyah, dianiaya hingga mati supaya ia (Kinana) mengaku dimana harta karun kota Khaibar disimpan. Kinana dibunuh dihadapannya dan Safiya dijadikan Muhammad sebagai sebuah rampasan perang. Malam itu juga Safiyyah dikawininya (baca: diperkosa tanpa daya). Muhammad tak dapat menahan desakan nafsu berahinya untuk satu hari saja dengan membiarkan perempuan muda ini untuk meneduhkan goncangan emosinya dalam berkabung. Betapa jijiknya! Masihkah Muhammad nabi Allah (?), atau lelaki yang memperlihatkan ciri seorang psikopat tanpa hati nurani dan empati !?

* Pedofil

Muhammad melamar anak gadis Abu Bakar, lalu mengadakan kontrak-kawin dengan gadis Aisyah umur 6 tahun, dan berhubungan sex umur 9 tahun, kala Aisyah masih main ayunan dan boneka (HS.Muslim 8 .548 no.3309, dan 29.1005 no.5981 dll). Apakah ini contoh kawin-mawin yang didorong dari Allah kepada umat manusia lewat Nabi Terbesarnya? Yang kini dikecam habis oleh dunia kedokteran, akal sehat dan nurani yang beradab? Apakah ini hunjukan kekuatan dan kebesaran seorang nabi Allah atau hunjukan kekurangan dan kelainan jiwa yang berbahaya?

* Perampok

Muhammad tidak pernah berperang di Mekah kecuali berdakwah damai pada awalnya. Selama 12 tahun berdakwah fulltime disana, ia tidak sukses dan hanya mendapat 80-an pengikut. Ia bersama dengan para pengikut ini (Muhajirin)  terpaksa hijrah ke Medina dan bergabung dengan Ansar. Namun ia tentu saja tidak bisa terus-terusan berdakwah sambil menyaksikan kemiskinan para pengikutnya yang sulit bertahan untuk kehidupan mereka.

Sebagian dari mereka harus tidur di mesjid yang baru dibangun di Medinah. Hidup sangat keras disaat itu, apalagi ada yang sakit demam dsb. Pada malam hari mereka harus berbagi selimut dan makanan hanya ada sedikit. Bukan kehidupan yang begini yang dijanjikan pada mereka oleh Muhammad, yang pernah berkata mendorong mereka hijrah, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui” (QS.16:41).

Jika ia tidak dapat memenuhi janjinya dalam dunia ini, bagaimana para pengikutnya dapat memercayainya soal akhirat? Mereka patah semangat. Godaan untuk melarikan diri balik ke Mekah sangatlah besar. Lu’ay adalah orang pertama yang lari kembali ke Mekkah. Muhammad marah dan mengeluarkan ayat yang memerintahkan membunuh siapapun yang berpikir untuk melarikan diri.

“Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya” (QS. 4:89).

Walau begitu, ia masih harus memberi makan pengikutnya dan memenuhi janji dunia-akhiratnya. Maka inilah saatnya ia mewujudkan dakwah cara baru:

Jihad dan perampokan bersenjata, atas nama Allah! Dan benarlah, jikalau dakwah-damai di Mekah Muhammad hanya menghasilkan 80-an pengikut Muslim-Mekah selama 12 tahun, maka kini dengan dakwah-jihad perang dan penaklukan, dia menyapu semua ratusan ribu Muslim diseluruh Arab kebawah kakinya, hanya dalam 10 tahun!

Muhammad awalnya dengan susah payah mempersiapkan 7 penyergapan dan penyerangan terhadap caravan khafilah Mekah, dan hanya berhasil merampoki satu diantaranya karena  berhasil melakukan tipu-daya penyergapan dibulan Haram (bulan yang disetujui tak boleh ada perang), dengan berpura-pura sebagai peziarah haji dengan mencukur botak rambutnya (Ibn Ishaq/424). Dan inilah yang mencikal-bakali perang Badar dimana Muslim akhirnya mendapat kemenangan besar. Para pengikutnya diajar oleh Nabinya untuk pelan-pelan bisa menikmati rampasan perang tanpa usah merasa berdosa dalam batin. Akhirnya, siapa yang tidak tertarik menikmati harta, budak rampasan dan sex yang menggiurkan dengan perempuan yang ditaklukkannya?

Ketika Rasul Allah mendengar Abu Suyan datang dari Syria, ia mengumpulkan Muslim dan berkata, “Ini adalah caravan Quraisy  yang memuat harta milik mereka. Pergi dan seranglah, mungkin Allah akan memberinya kepada kita sebagai barang jarahan” (Ibn Ishaq/428).

Kepada semua pejuangnya, tentu Muhammad sangat paham untuk memper-lengkapi mereka dengan alasan perang dan menjarah yang Allah ridhoi, yaitu “peperangan dijalan Allah” terhadap kaum kafir, musuh Allah. Ia bahkan sangat lincah membersihkan dirinya dari tuduhan melanggar hukum perang Allah yang dilaksanakan dibulan Haram:

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah” (QS.2:217).

Dengan ini --tanpa disadari betul-betul oleh Muslim manapun-- Muhammad telah menurunkan satu hukum baru yang paling aneh atas nama Allahnya, yaitu: Boleh memakai/melakukan satu perbuatan “dosa-besar” demi untuk menutup dosa yang dianggap “jauh lebih besar lagi”!!
Wahai Muslim! Bangunlah! Ini tidak mungkin datang dari Allah, kecuali Dia juga seorang pendusta!

* Pemerkosa

Praktek memperkosa tawanan perang telah dipertontonkan oleh para pejuang Islam dibawah Muhammad. Wanita-wanita rampasan telah dijadikan budak, budak sex, atau dijual sebagai property. Nabi Islam sendiri memperagakannya dalam kisah Safiyah yang diperkosa sebagai tawanan Khaibar yang tak berdaya sama sekali. Ingat, Safiyah yang suaminya disiksa sampai mati didepan matanya, dipindah tangankan dari Dihya ketangan Muhammad, yang harus sepenuhnya melayani sex tuannya secara paksa….

Dalam kesempatan lain, Muhammad pribadi juga tercatat menuntut seorang wanita tawanan bagi dirinya sendiri:

Diriwayatkan Salama b. al-Akwa', “Saya membawa mereka (perempuan2 tawanan) hingga diserahkan kepada Abu Bakr, yang memberikan seorang gadis kepada saya sebagai hadiah.  Maka kamipun sampai di Medina. Saya belum menanggali pakaiannya ketika Rasul Allah bertemu dengan saya dijalan dan berkata: “Berikan gadis itu kepadaku.” (Sahih Muslim 4345).

Allah memberi kebebasan bagi NabiNya untuk kawin seberapa banyak istri DAN budak yang dia inginkan tanpa batas (QS.4:24, 70:30). Muhammad bahkan terkenal menjadi sumber penasihat dalam cara memperlakukan perkosaan itu sendiri. Ya, ia jelas menyetujui perbuatan pemerkosaan budak-budak sex hasil penjarahan perang, sambil mengajarka mereka untuk jangan melakukan tindak al-azl atasnya (coitus interuptus, sanggama dengan cabut penis sesaat menjelang ejakulasi).

"O Rasul Allah! Kami mendapat perempuan-perempuan tawanan sebagai bagian dari penjarahan kami, dan tertarik dengan harga mereka, bagaimana pendapatmu tentang Al-Azl (coitus interuptus)?"  Nabi berkata, “Apakah kalian melakukan itu (al-azl)? Lebih baik jangan melakukan itu. Tidak ada nyawa yang Allah tetap tetapkan untuk muncul namun tidak muncul (karena al-azl kalian).” (Bukhari 34:432, juga 59:459).

* Penteror

Muhammad disuruh Allahnya untuk menteror lawan-lawannya, “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (terror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” (8:12, 60). Gayung bersambut! Muhammad melaksanakan terror demi terror menggentarkan musuh-musuhnya atas nama Allah.

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar” (QS.8:17).

Maka takbir “Allahu Akbar” merupakan teriakan ruh-kemenangan yang histeris, sekaligus teriakan-kematian dan kerusakan bagi musuh-musuhnya. Muhammad mengakui sukses-sukses terrornya dalam mengalahkan musuh. Ia berkata lantang: “Aku telah dibuat menang (oleh Allah) karena terror” (Bukhari 52.220).

* Pembunuh masal

Hadis mencatat banyak sekali orang yang dibunuhnya tanpa belas-kasih. Yang paling dahsyat dan brutal melebihi Al-Qaeda dan ISIS adalah pembantaian 800-an bani Yahudi Quraizah dalam satu hari! Yaitu sesaat setelah perang al-Khandaq.

Sad berkata atas otoritas penghakiman yang diberikan oleh Muhammad, "Saya memberi keputusan agar para pejuang mereka dibunuh, perempuan dan anak-anak mereka dijadikan budak, dan harta mereka dibagi-bagikan”. (Shahih Bukhari 5.448).

Tahukah Muslim, bahwa dalam perdebatan dipanggung dunia sekarang ini dengan isyu “Apakah ISIS bagian dari Islam atau bukan”, maka contoh pembantaian bani Quraizah yang telah dilakukan Muhammad inilah yang selalu meng K.O. debat-debat para pihak yang mencoba menyangkal ISIS itu Islam! ISIS dalam kesetiaan kepada Nabinya setia mereproduksikan ulang event abad ke-7: membunuh, menteror, merampas harta, memperkosa, mengusir, memperbudak anak-anak dan perempuan! KLOP!

* Perbudakan

Bagi Muhammad, tipu-daya, pembunuhan, perampokan dan perbudakan adalah dalam satu paket peperangan. Lihat butir diatas. Ini berarti bahwa semua slogan2 Islam yang gencar mengklaim Muhammad sebagai “pembebas perbudakan” adalah dusta telanjang belaka.

Sesungguhnyalah, budak-budak perempuan telah diperdagangkan sebagaimana layaknya barang barang komoditas lainnya ditawarkan oleh Muhammad dan konco-konconya: “Maka Rasul mengirim Sa-d b. Zayd al-Ansari, saudara dari Abdu'l-Ashal bersama dengan sejumlah perempuan tawanan dari Banu Qurayza pergi ke Najd dan dia menjual mereka dengan membarternya dengan kuda-kuda dan senjata." (Ibn Ishaq/ 693).

* Penipu Daya

Kita cukup menyaksikan diatas betapa Muhammad telah mengakali para pengikutnya dan khususnya yang sekeluarga dengan dia, semisal: Hafsah, Zayd, Sauda, bahkan para istri dari kubu Um Salama. Disini ditambahkan lagi bahwa istri-istri dalam kubu tsb menuntut Muhammad untuk berlaku adil terhadap semua istrinya, bukan hanya memperhatikan Aisyah dan mengunjunginya lebih sering. Akan tetapi Muhammad tidak menggubrisnya. Setelah didesak hingga 3 kali (!) oleh Um Salam, akhirnya ia terpaksa membuka jurus liciknya dengan berkata, “Jangan melukai hatiku mengenai Aisyah, karena wahyu tidak turun kepadaku diranjang manapun kecuali diranjang Aisyah”.(HS.Bukhari 47.755)

Para istri tahu bahwa itu bukan jawaban kenabian, melainkan dusta. Maka mereka makin sewot dan mengutus Fatimah menghadap ayahnya untuk minta keadilan. Fatimah tahu persis ayahnya telah tidak berlaku adil dan berdusta, maka ia mau diutus menghadap dan menyampaikan protes para istri (ibu-ibu tirinya), walau akhirnya ia juga terpental dengan akal-akalan Muhammad yang ahli memainkan emosi-kasih anaknya: “Wahai anakku. Don’t you love whom I love (Aisyah)?”. Selidikilah yang seksama betapa egois dan liciknya sang nabi terhadap istri-istri dan anaknya.
Muhammad menghalalkan tipu-daya dalam hidupnya. Ia bahkan berkata:

“War is deceit” (HS.Bukhari 4.269). Tentu saja dia maksudkan perang dan jihad terhadap para kafir. Tipu bukan hanya dihalalkan dalam keadaan terpaksa (QS.16:106), namun juga dianjurkan demi Islam, bahkan sampai kepada sumpah.

“Demi Allah, dan insya Allah, apabila saya mengangkat sumpah dan belakangan hari ternyata ada sesuatu yang lebih baik, maka saya laksanakan apa yang lebih baik itu dan menebus sumpahku” (Bukhari 67, no.427). Tidak usah heran, karena semua tipu daya ini, menurut Islam, telah berasal–usul dari sorga, dalam keabadian diri AllahSWT sendiri. Bukankah Dia telah mengabadikan diriNya sebagai KHAIRUL MAKIRIN? (Penipu Daya Terlicik), re QS.3:54?

CUKUPLAH KITA SAMPAI DISINI, tak ada gunanya ditambahkan lagi dengan segudang bukti lainnya. Meneruskannya hanyalah redundant yang tidak berguna. Biarlah lainnya itu bisa digali dan dijadikan renungan intern Muslim sendiri….

Jadi teman-temanku Muslim danShaykh`Abdul Rahman`Abdul Khaliq.

Dengan rekor kriminal yang bertebaran terbuka begini, apakah Muhammad masih layak ditahbiskan menjadi nabi, insan-kamil, contoh teladan dan moral bagi kemanusiaan? Jikalau nabi Adam atau Abraham atau Yesus atau seorang presiden RI melakukan apa yang pernah Muhammad lakukan, apakah ada umat yang masih mau percaya akan kenabian atau kepresidenannya, sekalipun ia mengklaim dan berbuat segudang pahala lainnya?Dan apakah Allah juga masih mau memilihnya sebagai Nabi Allah, kecuali kalau Allah tersebut adalah pula Si-MahaPendusta (QS.3:54)? Tidak ada orang yang mau ditipu oleh Nabinya.

Tidak juga saya.

(Bersambung)