Bukti-bukti
Dokumentari dan Suhuf Teks Perjanjian Baru
Dan
Kitab Suci Injil
- Satu Wawancara Dengan Tokoh dan Pakar Manuskrip
Kuno, Dr.Bruce M. Metzger, Ph.D.
Drs.Bruce Metzger adalah
seorang tokoh dalam bidang manuskrip-manuskrip teks Kitab Suci Injil yang
terkemuka dan termashyur di dunia.
Beliau telah menulis dan menyunting sebanyak lima-puluh buah buku, termasuk The
New Testament: Its Background, Growth and Content, The Text of the New
Testament, The Canon of the New Testament, Manuscripts of the Greek Bible,
Textual Commentary on the Greek New Testament, Introduction to the Apocrypha
dan The Oxford Companion to the Bible. Beberapa di
antaranya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman, Cina,
Pendidikan
Dr.Metzger termasuk sebuah gelar Master dari
Princeton Theological Seminary dan juga Master sekaligus Doktor
Kehormatan dari
Pada tahun 1969, Dr.Metzger menyandang tugas sebagai Sarjana
Residen di Tyndale House,
Dr.Metzger
adalah mantan presiden The Society for Biblical Literature, The International Society for New Testament Studies dan
The North American Patristic Society. Jika anda mengamati nota-nota
kaki dari buku-buku otoritatif mana-mana mengenai teks, manuskrip atau suhuf
Kitab Suci Injil, kebarangkaliannya tinggi anda akan melihat Dr.Bruce Metzger
dikutip dan dipetik dari masa ke semasa. Karya-karya beliau adalah bahan bacaan
wajib di banyak Institusi, universitas dan Seminari-seminari di seluruh dunia.
Dia sangat dihormati oleh sarjana-sarjana serta tokoh-tokoh dari berbagai
bidang teologis.
SALINAN-SALINAN DARI AUTOGRAF AWALAN
"Saya akan bersikap
jujur kepada Anda," kata saya (yang mewawancara dengan beliau) kepada
Dr.Metzger. "Ketika pertama kali
saya mengetahui bahwa tidak ada lagi naskah-naskah asli Perjanjian Baru yang
bertahan, saya sungguh-sungguh skeptis.
Saya pikir, kalau semua yang kita
miliki merupakan ialah salinan-salinan, bagaimana saya dapat memiliki keyakinan
bahwa Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang mempunyai keserupaan apapun
dengan apa yang aslinya dituliskan?
Bagaimana Anda merespons hal itu?"
"Ini bukanlah isu yang unik mengenai Alkitab; ini
adalah sebuah pertanyaan yang dapat kita tanyakan mengenai dokumen-dokumen lain yang telah diteruskan
kepada kita dari zaman purbakala," jawabnya. "Namun kelebihan yang dimiliki
Perjanjian Baru, khususnya bila dibandingkan dengan tulisan-tulisan kuno
lainnya, adalah banyaknya salinan yang telah bertahan yang belum pernah terjadi
sebelumnya."
"Mengapa itu penting?"
tanya saya.
"Yah, semakin sering Anda
memlilki salinan-salinan yang bersesuaian satu dengan lainnya, khususnya jike
mereka muncul dari kawasan geografis yang berbeda, semakin Anda dapat melakukan
perujukan silang untuk mengetahui seperti apakah dokumen aslinya. Satu-satunya cara mereka akan bersesuaian
adalah tempat di mana mereka kembali secara keturunan dalam sebuah pohon
silsilah yang mewakili turunnya manuskrip-manuskrip."
"OK," kata saya,
"saya dapat melihat bahwa memiliki banyak salinan dari berbagai tempat
dapat membantu. Namun bagaimana tentang
usia dokumen-dokumen itu? Tentunya itu
juga penting, bukan?"
"Begitulah kira-kira,: jawabnya. "Dan ini adalah hal lain yang merupakan
kelebihan Perjanjian Baru. Kita memilki salinan-salinan
yang dimulai dalam waktu dua generasi dari penulisan yang asli, sedangkan dalam
kasus teks-teks kuno lainnya, mungkin
"Sebagai tambahan pada manuskrip-manuskrip Yunani,
kita juga memilki terjemahan-terjemahan keempat Injil ke dalam bahasa-bahasa
lain pada waktu yang relatif awal - ke dalam bahasa Latin, Syam, dan Koptik
Mesir. Dan lebih daripada itu, kita
memiliki apa yang dapat disebut sebagai terjemahan ke
dua yang dibuat sedikit lebih lanjut, seperti terjemahan ke dalam bahasa
"Bagaimana itu dapat membantu?"
"Karena bahkan jika kita tidak memilki manuskrip-manuskrip
Yunani saat ini, dengan mengumpulkan informasi dari terjemahan-terjemahan ini
dari tanggal yang relatif awal, kita sebenarnya dapat mereproduksi isi dari
Perjanjian Baru. Sebagai tambahan kepada
itu, bahkan jika kita kehilangan semua manuskrip-manuskrip Yunani dan
terjemahan-terjemahan awal, kita masih tetap dapat mereproduksi isi Perjanjian
Baru dari banyaknya kutipan dalam penjelasan-penjelasan, khotbah-khotbah,
surat-surat, Tafsir dan seterusnya dari para bapa gereja mula-mula."
Meskipun itu kelihatan mengesankan sulit untuk menilai
bukti ini dalam keterpisahan. Saya
memerlukan beberapa konteks untuk menghargai keunikan Perjanjian Baru dengan
lebih baik. Bagaimana, saya
bertanya-tanya, bila itu dibandingkan dengan karya-karya purba terkenal lainnya?
SEGUNUNG MANUSKRIP
"Ketika Anda berbicara
mengenai jumlah yang besar dari manuskrip-manuskrip," kata saya,
"bagaimana itu kontras dengan kitab-kitab kuno lainnya yang secara rutin
dianggap dapat dipercaya oleh para sarjana?
Misalnya, ceritakan kepada saya tentang tulisan para penulis dari
kira-kira zamannya Yesus (Isa al-Masih)."
Telah
mengantisipasi pertanyaan itu, Metzger merujuk pada beberapa catatan tulisan
tangan yang ia bawa.
"Pertimbangkan Tacitus, sejarawan Roma yang menulis Annals of Imperial Rome (Laporan-laporan Tahunan Kekaisaran
Roma) sekitar tahun 116 M.." ia mengawali.
"Enam kitab pertamanya masih ada saat ini dalam hanya satu
manuskrip, dan itu disalin sekitar tahun 850 M.
Kitab-kitab ke sebelas sampai ke enambelas terdapat dalam manuskrip lain
bertanggal abad ke sebelas. Kitab-kitab
ke tujuh sampai ke sepuluh telah hilang.
Jadi terdapat celah yang besar antara waktu ketika Tacitus mencari
informasinya dan menuliskannya dengan salinan-salinan yang masih ada.
"Berkenaan dengan
sejarawan abad pertama Josephus, kita memilki sembilan manuskrip Yunani dari
karyanya The Jewish War (Perang Yahudi), dan salinan-salinan
ini dituils pada abad ke sepuluh, ke sebelas, dan ke duabelas.
Jumlah-jumlah
itu mengejutkan. Tidak ada yang
lain kecuali benang tipis manuskrip-manuskrip tersebut yang menghubungkan
karya-karya kuno ini dengan dunia modern.
"Bila dibandingkan," tanya saya, "berapa banyak manuskrip
Yunani Perjanjian Baru yang masih ada saat ini?"
Kedua mata Metzger
membelalak. "Lebih dari limaribu
yang telah dikatalogkan," katanya dengan antusias, suaranya meninggi satu
oktaf.
Itu adalah segunung manuskrip dibandingkan dengan sarang
semut Tacitus dan Josephus! "Apakah
itu tidak lazim dalam dunia kuno? Apa
yang akan menjadi pemenang ke duanya?" tanya saya.
"Kuantitas material Perjanjian Baru
hampir tidak terhingga dibandingkan dengan karya-karya purba lainnya,"
katanya. "Setelah Perjanjian Baru,
jumlah terbanyka kesaksian manuskrip adalah Iliad karya Homer, yang merupakan kitab suci orang-orang Yunani
kuno. Terdapat kurang dari 650
manuskrip Yunani tersebut saat ini.
Beberapa agak terpotong-potong dan kurang lengkap. Manuskrip-manuskrip itu deteruskan kepada
kita dari abad ke Dua dan ke Tiga Masehi dan seterusnya. Bila Anda menganggap Homer menyusun epiknya
sekitar tahun 800 S.M., Anda dapat melihat bahwa ada jurang waktu yang sangat
panjang."
"Sangat panjang" merupakan suatu pernyataan yang
mengecilkan persoalan; itu adalah ribuan tahun!
Sebenarnya tidak ada perbandingan: bukti manuskrip
Perjanjian Baru adalah luar biasa bila dijajarkan dengan tulisan-tulisan purba
lain yang dipuja-puja - karya-karya yang oleh para sarjana modern sama
sekali tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang otentik.
Keingin-tahuan saya tentang manuskrip-manuskrip Perjanjian
Baru telah memuncak, saya meminta Metzger untuk mendeskripsikan beberapa di
antaranya bagi saya.
Katanya,
"Yang paling awal adalah fragmen-fragmen dari papirus-papirus, yang
merupakan suatu material tulisan yang dibuat dari tanaman papirus yang tumbuh
di paya-paya Delta Sungai Nil di Mesir." Beliau bersambung: "Kini
terdapat sembilan puluh-sembilan potongan fragmentari papirus yang berisi satu
atau lebih bagian atau Kitab Perjanjian Baru.
"Yang diketahui paling punya arti
penting adalah The
"Kelompok lain dari manuskrip-manuskrip papirus yang
penting dibeli oleh seorang bibliofil (pencinta buku) Swiss M. Martin
Bodmer. Yang paling awal dari semua ini,
bertanggal sekitar tahun 200 T.M., berisi kira-kira dua-pertiga Injil
Yohanes. Papirus lain, berisi
bagian-bagian dari Injil Lukas dan Yohanes, bertanggal abad ke
tiga."
Pada titik ini celah waktu di antara penulisan
biografi-biografi (sirah) Saidina Isa dan manuskrip-manuskrip paling awal amat
sangat kecil. Namun manuskrip tertua apakah yang kita
miliki? Seberapa dekat dalam waktu, saya
bertanya-tanya, kita dapat memperoleh tulisan-tulisan asli, yang oleh para
pakar disebut "otograf"?
POTONGAN YANG MENGUBAH SEJARAH
"Dari
seluruh Perjanjian Baru," kata saya, "apa yang merupakan bagian
paling awal yang kita miliki saat ini?"
Metzger tidak perlu
memikirkan jawabannya panjang lebar.
"Itu adalah sebuah fragmen dari Injil Yohanes, berisi material dari
pasal delapanbelas. Di dalamnya termuat
"Bagaimana
itu ditemukan?"
"Itu
dibeli di Mesir seawal-awalnya tahun 1920, namun itu tersimpan tanpa
diperhatikan selama bertahun-tahun di antara fragmen-fragmen papiri (bentuk
jamak 'papirus') serupa. Kemudian tahun
1934 C. H. Roberts dari Saint John's College, Oxford, menyortir papiri di The
John Rylands Library di Manchester, Inggris.
Ia segera menyadari bahwa di dalamnya termuat suatu bagian dari Injil
Yohanes. Ia dapat
menentukan tabggalnya berdasarkan
"Dan apa kesimpulan yang ia
dapatkan?" tanya saya. "Seberapa jauhnya itu mundur ke belakang
secara waktu?"
"Dia
menyimpulkan bahwa itu berasal dari antara tahun 100 sampai 150 T.M.
Banyak paleografer (ahli tulisan kuno) terkemuka lainnya, seperti Sir Frederick
Kenyon, Sir Harold Bell, Adolf Deissmann, W.H.P hatch, Ulrich Wilcken, dan
lain-lainnya, telah menyetujui taksirannya.
Deissmann yakin bahawa itu mundur kembali setidaknya pada
saat naik takhtanya Kaisar Hadrian, yang terjadi tahun 117 -
138 T.M., atau bahkan Kaisar Trajan, yang terjadi tahun 98
- 117 Tahun Masehi."
Itu adalah penemuan yang menakjubkan. Alasannya: para teologis Jerman yang skeptik
pada abad terakhir sibuk memperdebatkan bahwa keempat injil bahkan tidak disusun
sampai setidaknya tahun 160 T.M.- terlalu jauh dari peristiwa-peristiwa
kehidupan Saidina Isa Al-Masih untuk dapat digunakan sebagai fakta-fakta yang
histories atau bersejarah. Mereka
"Ini tentu saja menghapuskan pendapat
tersebut," saya mengulas.
"Ya, memang benar," jawab Dr.Metzger. "Di sini kita memiliki, pada tanggal
yang sangat awal, sebuah fragmen dari sebuah salinan Injil Yohanes dari awal
sampai akhir dalam sebuah komunitas di tepi Sungai Nil di Mesir, jauh dari
Efesus di Asia Kecil, di mana Injil Yohanes pada mulanya telah disusun.
Penemuan ini secara harafiah menulis ulang
pandangan-pandangan populer sejarah, mendorong penyusunan Injil Yohanes jauh
lebih dekat kepada hari-hari ketika Saidina Isa berjalan di muka bumi.
SUATU KEKAYAAN BUKTI TIDAK TERBANDING OLEH MANA-MANA
SUHUF KUNO DI DUNIA
Selain manuskrip-manuskrip papirus yang mewakili salinan-salinan Perjanjian
Baru paling awal, terdapat juga salinan-salinan kuno yang dituliskan di
perkamen, (“parchments”) yang dibuat dari kulit lembu sapi, domba,
kambing, dan antelop.
"Kita memilki apa yang disebut manuskrip-manuskrip
Uncial (sejenis huruf besar bulat yang digunakan dalam manuskrip
atau naskah Yunani dan Latin tahun 300 - 900 T.M.), yang dituliskan seluruhnya dalam
huruf besar Yunani," Metzger menjelaskan. "Kini kita memiliki 306 dari ini semua,
beberapa bertanggal mundur seawal-awalnya abad ke tiga.
“Yang paling penting adalah Codex Sinaiticus, yang
mengandungi KEsemua
buku-buku Perjanjian baru yang lengkap dalam huruf-huruf uncial – suhuf ini
berada di Muzium British,
"Sebuah
Sebagai tambahan kepada dokumen-dokumen/suhuf-suhuf
Yunani, kata Dr.Metzger terdapat ribuan manuskrip Perjanjian Baru kuno
lainnya dalam bahasa-bahasa lain. Ada
8,000 sampai 10,000 manuskrip Latin Vulgate, ditambah kepada jumlah 8,000
lagi yang ada dalam bahasa Etiopia, Slavik dan Armenia. Secara keseluruhan, terdapat sekitar
24,000 manuskrip purba kandungan Perjanjian Baru yang ada.
"Bagaimana pendapat Anda kalau begitu?" tanya
saya, ingin mengesahkan secara jelas apa yang saya memperdebatkan dalam
hati. Dr.Metzger sendiri berkata, "Dalam
hal-hal banyaknya mansukrip dan jurang waktu antara manuskrip-manuskrip yang asli dan
salinan-salinan pertama kita, bagaimana Perjanjian Baru dibandingkan dengan
karya-karya purba terkenal lainnya?"
"Amat sangat baik," jawabnya. "Kita dapat memiliki keyakinan besar
dalam ketepatan penyalinan dengan apa material ini telah diteruskan kepada
kita, khususnya dibandingkan dengan karya literatur kuno lainnya."
Kesimpulan itu dibagikan oleh sarjana-sarjana terkenal ke
seluruh dunia. Kata almarhum F.F. Bruce,
profesor terkemuka di The University of Manchester, Inggeris, dan penulis The New Testament Documents: Are They
Reliable?: "Tidak ada isi bahan sastera atau suhuf kuno di dunia yang
menikmati suatu kekayaaan keabsahan (kesaksian yang membenarkan) tekstual
yang baik seperti Perjanjian Baru." 1
Metzger telah menyebutkan nama Sir Frederick Kenyon, mantan
direktur The British Museum dan penulis The
Palaeography of Greek Papyri, Kenyon telah mengatakan bahwa "di dalam
kasus lain mana pun tidak ada interval waktu antara penyusunan kitab dan
tanggal manuskrip-manuskrip paling awal yang sedemikian pendek seperti pada
Perjanjian Baru."2
Kesimpulan Kenyon: "Alasan terakhir bagi
keraguan apa pun bahwa kitab-kitab
suci Kristen telah diteruskan kepada kita secara substansial
SEBAGAIMANA MEREKA DAHULU DITULISKAN kini sudah tiada lagi."3
Makalah
ini diambil daripada Buku “Pembuktian atas Kebenaran Kristus”, oleh Lee Strobel
(2002), Dengan Penghargaan kami.
Bibliografi:
1 F.F.
Bruce, The Book and The
Parchments (Old Tappan, N.J.: Revell, 1963), 178, dikutip Josh McDowell
dalam Evidence That Demands A Verdict (1972;
reprint,
2.
Frederick
Kenyon, Handbook to the Textual Criticism
of the New Testament (New York: Maemillan, 1912), 5, kutipan dalam Ross
Clifford, The Case for the Empty Tomb (Claremont,
Calif.: Albatross, 1991), 33.
3.
Frederick
Kenyon, The Bible and Archaeology (New
York: Harper, 1940), 288.