Cara Berdakwah Muhammad dengan Non-Muslim

Mengapa dakwah Riil yang Muhammad lakukan justru menolak cara-cara yang diperintahkan Allah dalam Surat An Nahl 125? Sebab yang Muhammad lakukan justru memaksakan dan mengancam orang lain untuk menerima Allah Islam dengan tambahan harus pula mengakui dirinya sebagai Nabi Allah! Dan kalau ini ditolak, maka orang-orang yang didakwahi akan menerima hukuman yang mengerikan.

 

Sebuah Pertanyaan Muslim, yang dijawab oleh: DR. Amir Faishol Fath 

“Pak Ustadz, saya ingin bertanya. Bagaimana cara berdakwah yang baik dengan non muslim. Dan saya sempat mempelajari ilmu Kristologi untuk beritahu mereka, bahwa kitab suci mereka mengandung banyak kesalahan. Apa itu boleh menurut Islam? Terima kasih Pak ustadz”.

Soenirman, Jakarta
 
Jawaban DR. Amir Faishol Fath:

Allah SWT berfirman, ada tiga cara dalam berdakwah kepada siapa saja, yaitu: dengan hikmah, dengan mawidzah hasanah, atau dengan dialog (ditopang alasan yang lebih baik dan lebih kuat).


ادْعُإِلَىسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُإِنَّرَبَّكَهُوَأَعْلَمُبِمَنْضَلَّعَنْسَبِيلِهِوَهُوَأَعْلَمُبِالْمُهْتَدِين

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 125)

Jika tidak bisa (seperti di atas), (nanti) jadi akan mengesankan negatif terhadap Islam itu sendiri. Jika demikian, ajak mereka menggunakan akalnya secara sehat. Misalnya, bahwa bila sebuah kitab suci banyak yang tidak asli, secara akal kita tidak bisa merasa aman untuk berpegang teguh kepadanya, dan seterusnya. [Sumber: dakwatuna.com]


 
KOMENTAR KRITIS (oleh Ram Kampas):

Jawaban dari pak Ustadz ini sungguh tak berisi dan tak menolong penanya Muslim manapun untuk berdakwah kepada para kafir. Basa-basi yang omong-kosong saja. Namun itulah ajaran terbuka paling maksimum yang bisa disampaikan indah-kosmetis oleh setiap Ustadz Islam kepada para pengikutnya. Kenapa kita tekankan “ajaran terbuka maksimum” dan “indah kosmetis” disini? Ya, karena disamping ada ajaran berdakwah Quran dengan 3 cara indah diatas (dengan hikmah, dengan mawidzah hasanah, atau dengan dialog), namun tersembunyi ratusan ajaran Quran yang kontradiktif yang tidak dikutip oleh Ustadz ini, yaitu ajaran yang justru menajisi orang-orang kafir, mengharamkan kedekatan dan persahabatan Muslim dengan non-muslim, menghalalkan kekerasan dan mengutuk dan mengusir mereka, sampai-sampai mengharuskan mereka untuk dibunuh dan dipancung!

MISALNYA, sekelumit saja dari ratusan ayat-ayat mengerikan yang telah memvonis-mati status non-Muslim dalam kaitannya dengan Muslim. Yaitu sebagai masyarakat musyirik dan kafir yang tidak boleh didoakan dan tidak bisa diperbaiki lagi, karena secara ilahiah mereka telah dicap lebih jahat dari binatang buas (beast), seperti dibawah ini:

Qs. 4:101, Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Qs. 9:113, Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.

Qs. 8:55, Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.

Qs. 3:118. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”.

Qs. 8:12,Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (terror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”.

Qs. 9:29, Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani), sampai mereka membayar jizyahdengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.

Qs. 4:89, Maka jika mereka berpaling (tidak menerima Islam), tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.   Ini sejalan dengan perintah Muhammad pribadi: “ If somebody (a Muslim) discards his religion, kill him." (Shahih Bukhari #52, Hadith #260).

 

Sang Uztadz diatas hanya mengutip  Surat An Nahl ayat 125 yang diserukan Muhammad, namun dia tidak berani menjelaskan adakah Muhammad pernah memberi contoh kenabian untuk menegakkan  ayat tsb? Lebih tegas lagi, kenapa sang Ustadz tidak merujukkan sunnah Nabi dalam berdakwah kepada orang kafir? Bukankah itu akan menjadi teladan-gamblang dan hukum bagi setiap Muslim yang mau berdakwah kelak?

Begitulah! Kita tahu Muhammad Cuma pandai berseru lewat banyak ayat-ayat manis, namun  beliau sendiri samasekali  tidak memberi keteladanannya disitu. Ia ingkar hukum dalam suka-sukanya sendiri.

SUKA-SUKA MUHAMMAD SENDIRI?

Bukankah ia standar karakter dan moral tertinggi bagi kemanusiaan dan pelita yang menerangi? (QS.68:4, 33:21,46).
YA, bahkan dia sendiri berani mengklaim dirinya,

“Saya telah diutus sebagai generasi keturunan Adam yang terbaik keseluruhannya sejak penciptaan” (Shahih Bukhari  4.56.757).

Tapi lupakanlah semua klaim siapapun bila itu KOSONG. Untuk kaliber seorang ‘Nabi Allah’, satu klaim kosong saja cukup untuk membuktikan kepalsuan kenabiannya!
 
1. Lupakah Muslim akan seruan Nabinya agar setiap Muslim laki-laki bersunat, tetapi Muhammad sendiri nyata-nyata tidak melakukannya sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim dikala tuanya? Bukankah ia mengklaim dirinya sebagai pengikut agama Ibrahim yang lurus?

2. Jangan lupa dia juga membatasi poligami pria hingga 4 istri, namun dia sendiri tidak terbatas kepada siapapun dan berapapun istri yang ingin dikawininya?  Bahkan Muhammad marah besar dan menolak poligaminya Ali bin Abi Thalib terhadap putrinya Fatimah? (Shahih Muslim 62. 157)

3. Lupakah Muslim bahwa perkawinan Islami mensyaratkan wali dan saksi, namun Muhammad sendiri melanggarnya secara sah dan telak ketika ia harus kawin diam-diam dengan istri anak angkatnya Zaynab, kawin tanpa saksi dan wali, kawin dibawah tangan yang tidak terbuka? Itu sebabnya  Zaynab sampai harus menetralkan perkawinan tidak sah ini dengan pengesahan dari surga:

“Allah mengawinkan saya di Surga ketujuh." (HSB.9.93.517)

4. Banyak Muslim tidak tahu bahwa Nabinya justru seenaknya membatalkan puasa dengan semau-maunya dihadapan Aisyah (Shahih Muslim 6.2574).

5. Bahkan Nabi sampai kepergok membuang hajat  menghadap kiblat
(HSM.2.510, Abu-Dawud.1.13), suatu larangan yang justru  dibuat Muhammad sendiri ???

Dari Jabir bin Abdullah:

“Nabiyullah saw telah melarang kita menghadap kiblat tatkala buang air kecil, kemudian saya melihat beliau setahun sebelum wafat, buang air kecil menghadap kiblat” (SunanAbu Dawud, Kitab Tharahah no.11, 12).

O, masih banyak sekali yang dilakukan oleh Nabi ini sesuka-semaunya tanpa keteladanan yang dislogankan!

Cukup kita tutup disini dengan satu contoh dimana Muhammad sungguh telah memperkosa hukum Allah sendiri karena “harga dirinya” yang tidak memungkinkan dia melakukan perintah-Nya. Perhatikan bahwa Allah dalam Quran 10:94 dan 16:3 secara jelas dan berulang kali memerintahkan Muhammad untuk berkonsultasi kepada Ahli Kitab (orang Yahudi dan Nasrani) tentang ayat-ayat mutasyabihat yang meragukan dirinya. Dia bingung dan tidak tahu tentang Ruh (QS.17:85). Dia bingung tentang Maryam saudaranya Harun, keliru menyerap substansi “Tiga Tuhan”-nya orang Kristiani, dan terjebak dengan istilah “Anak Allah” yang dikiranya anak-biologis. Tetapi  adakah Muhammad berendah hati untuk mau melakukan konsultasinya? Yang mana berakibat seterusnya  bahwa konsultasi-Firman juga tidak pernah dilakukan oleh Muslim manapun. How come?!

Kembali kepada ketaatan berdakwah manis “dengan hikmah, mawidzah hasanah, atau dengan dialog”. Dakwah Riil yang Muhammad lakukan justru menolak cara-cara yang diperintahkan Allah dalam Surat An Nahl 125. Yang Muhammad lakukan justru memaksakan dan mengancam orang lain untuk menerima Allah Islam dengan tambahan harus pula mengakui dirinya sebagai Nabi Allah! Dan kalau ini ditolak, maka orang-orang yang didakwahiakan menerima hukuman yang mengerikan. Dalam lupa-daratan-nya, Muhammad menerangkan bahwa dunia ini adalah kepunyaan dirinya bersama Allah swt, dan oleh karena itu orang-orang Yahudi diancam hanya bisa hidup dan tinggal aman bilamana mereka masuk Islam. ITULAH DAKWAHNYA!

Diriwayatkan Abu Huraira yang berkata:

Kami sedang duduk di dalam mesjid ketika Rasul Allah saw datang dan berkata: “Mari kita mendatangi orang-orang Yahudi”.
Dan kamipun keluar bersamanya sampai kepada mereka.

Maka Rasul Allah saw berdiri dan berseru kepada mereka:
“O, kalian kaum Yahudi, terimalah Islam (dan) kalian akan aman-selamat”.

Mereka menjawab:”Abu’l Qasim (panggilan untuk Muhammad, ayah dari Qasim, putra pertamanya), engkau telah menyampaikannya (pesan Allah kepada kami).

Rasul Allah saw berkata:
“Aku mengingini ini (yaitu, kalian harus mengakui bahwa pesan Allah telah disampaikan kepada kalian), terimalah Islam dan kalian akan aman-selamat.”
 
Mereka berkata:”Abu’l Qasim,  engkau telah menyampaikannya (pesan Allah kepada kami).
 
Rasul Allah saw berkata:
“Aku mengingini ini…. Beliau mengulangi hingga ketiga kali (dan mendapatkan jawaban yang sama tiga kali pula.
 
Beliau menambahkan:

“Kalian harus tahu bahwa bumi adalah kepunyaan Allah dan RasulNya, dan aku ingin mengusir kalian dari tanah ini. Barangsiapa diantara kalian yang mempunyai properti maka haruslah itu dijual, dan bila tidak mereka harus tahu bahwa bumi adalah kepunyaan Allah dan RasulNya (dan mereka harus pergi meninggalkan semuanya itu)”. Sahih Muslim Book 19, no. 4363 yang mengerikan!

BANDINGKAN SEKILAS DENGAN CARA MEMBERITAKAN INJIL MENURUT INJIL “Berdakwah” tentang Injil adalah berbeda total dengan Dakwah Islam.

Injil sungguh berbeda dalam natur-nya dengan Quran. Dan Muhammad tak mungkin bisa dijejerkan dengan Yesus, dalam apa saja yang baik (kasih, dakwah tanpa pedang, kekudusan, moral-etika, kuasa mukjizat, tahu isi hati orang/hal-hal ghaib, mengusir setan, lahir tidak disentuh setan, kebangkitan/duduk disisi Elohim, dst. dst. you name it!).

Jikalau Quran praktis tidak menyinggung ayat-ayat dan ajaran tentang KASIH UNIVERSAL, MENJADI MANUSIA BARU, dan KESELAMATAN, maka Injil justru memberitakan ketiga isyu-dasar tersebut secara alamiah dan berlimpah bagi setiap jiwa dan batin manusia yang selalu haus membutuhkannya.
Injil adalah “Kabar Baik” yang di-sharingkan kepada sesama demi menawarkan pengampunan dan tebusan Tuhan Yesus dalam kepastian kasih-anugrahNya, agar setiap kita yang percaya kepadaNya dapat menjadi Ciptaan Baru dan hidup selamat dalam kekekalan seperti janjiNya:

“Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (YESUS), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Ini berbeda kontras dengan Islam yang berkutat dengan liku-liku syariat demi mengumpulkan poin-poin pahala melawan ancaman masuk neraka jahanam yang sudah dipastikan oleh Allah SWT bagi setiap orang (QS.19:71). Ini tentu menegangkan bahkan menakutkan. Dan Allah hanya memberikan satu-satunya jalan keluar dari kepastian masuk neraka, yaitu tatkala Ia bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh...bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (QS. 9:111). 

Inilah ayat paling utama yang menyalakan api kebencian Muslim (radikal) terhadap kafir non-Muslim, sambil menginspirasikan serangan-serangan pembunuhan atau bunuh-diri dipelbagai pelosok dunia. Amat disayangkan bahwa dunia keluar dari fitrah ilahiah-nya yang bercirikan damai dan kasih.

Sumber artikel: buktidansaksi.com