Jihad Muhammad Tersandung Anjing

By: Penyayang Binatang

 

Mari kita baca-baca Hadis. Tentu saja yang terpercaya dan diakui benar dan shahih, dari Bukhari dan Muslim.

Kali ini tentang binatang yang disayangi oleh setiap manusia yang berhati nurani dan berakal sehat, yaitu DOG. Kenapa anjing disayangi? Ya, karena anjing itu adalah spesies binatang yang paling “bernurani”, tahu berterima kasih dan mampu menyatakan KASIH, kasih kepada tuan-rumahnya yang telah memelihara dan mengasihinya!

Itu sebabnya anjing merupakan pet (binatang peliharaan) yang paling bisa intim kepada manusia. Dog pet itu unik. Ia adalah satu-satunya binatang di dunia yang bisa hidup tanpa perlu bekerja, melainkan cukup MENGEKSPRESIKAN rasa kasihnya kepada tuannya! Dan sebagai hadiahnya, anjing ini mendapat tempat khusus dihati tuannya, yang mengasihi dia balik, dan menafkahinya setiap hari…

Fitrah kodrati yang paling alami dari hubungan yang sedemikian indah ini, telah berjalan beribu-ribu tahun tanpa ada orang yang meributkannya. Namun sayang bahwa akhirnya disuatu masa, muncul satu orang Arab, Muhammad, yang karena pribadinya memang tidak suka kepada anjing, lalu menafikan fitrah indah ini dan memerintahkan kepada seluruh pengikutnya untuk melakukan pemutusan hubungan kasih dengan pet dog. Bahkan mengusahakan agar spesies anjing kalau bisa dipunahkan sama sekali dari muka bumi. Apa pasal?

Mari kita ikuti sepak terjang sosok Muhammad, yang walau berhasrat memunahkan anjing-anjing, namun hatinya mendua, tidak jelas perintahnya, salah tingkah, tumpang tindih dan inkonsisten sendiri, tercampur mistis, sehingga perintahnya kehilangan otoritas dan diabaikan banyak Muslim sebagai pengikutnya!   

BACA HADIS SHAHIH BUKHARI (HSB) dan MUSLIM (HSM):

1. Muhammad meminjam otoritas dari malaikat untuk mendiskreditkan rumah yang memelihara anjing dan/atau menggantungkan gambar lukisan:

“Suatu waktu Jibril berjanji kepada Nabi (bahwa ia akan mengunjungi Nabi, tetapi ternyata Jibril tidak jadi datang) dan kemudian Jibril baru berkata (kepada Nabi), “Kami, malaikat-malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar lukisan atau anjing”. (HSB Buku no. 54, Hadis no. 450)

2. Muhammad menegaskan penajisan anjing-anjing dan pemusnahannya, padahal Allah-lah yang sengaja menciptakannya dan memberinya naluri cinta-kasih yang besar terhadap tuannya. Siapa yang bersalah?“Rasul Allah memerintahkan bahwa anjing-anjing harus dibunuh”. (HSB Buku no. 54, Hadis no. 540

Anjing harus dibunuh dan tidak boleh dijual. Kenajisan uang anjing sama dengan uang maksiat pelacuran dan uang syirik dukun: “Nabi melarang mengambil uang dari (penjualan) seekor anjing, penghasilan dari seorang dukun peramal, dan uang yang diperoleh dari hasil pelacuran”. (HSB Buku no. 63, Hadis no. 258)

3. Tetapi Muhammad ragu-ragu dan tidak konsisten menajiskan anjing, lalu terperosok ketika memberikan pengecualian:

Ia (Jibril) berkata, (kepada Muhammad):  “… kami tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar lukisan”. Sejak pagi itulah ia (Nabi) memerintahkan untuk membunuh anjing-anjing, hingga (kemudian) ia mengumumkan bahwa anjing yang menjaga taman harus juga dibunuh, tetapi ia mengecualikan anjing yang menjaga padang yang sangat luas”. (SHM Buku no. 24, Hadis no. 5248)

Dalam Hadis lain dikatakan bahwa Nabi mengecualikan anjing- pemburu dan anjing-jaga ternak karena hal itu ditanyakan oleh Abu Huraira yang memiliki ladang luas (SHM Buku 10, Hadis 3812).

“Ia (Nabi Suci) memberi izin untuk memelihara anjing-anjing untuk menjaga ternak, untuk berburu, dan untuk menjaga tanah pertanian”. (HSM Buku no. 010, Hadis no. 3814)

Nabi lupa atau kurang jeli, dan fatal, bahwa proses untuk dididik menjadi anjing jaga/pemburu harus melewati masa-masa anjing- najis yang seharusnya sudah dibunuh duluan! Hukum Allah agaknya telah dikacaukan Muhammad dengan selera pribadinya yang memang tidak menyukai anjing (dan gambar lukisan, lonceng, dan musik dll)!

4. Matematika Muhammad anomali, terbalik dan salah secara teologis! Nabi berkata, “Barangsiapa memelihara anjing (peliharaan) yang bukan anjing- jaga dan bukan anjing berburu, akan mendapatkan pengurangan 2 Qirat setiap hari dari perbuatan-perbuatan baiknya”. (HSB Buku no. 67, Hadis no. 289).

Allah yang Kasih dan Benar tidak pernah menghukum orang dengan cara terbalik, yaitu mengkorting perbuatan baik dari seseorang (sekalipun ia yang terjahat sekalipun). Perbuatan baik adalah perbuatan baik, dan itu adalah fakta, dan Allah tak perlu menggelapkan atau mengecil-ngecilkannya.  Namun Allah cukup menambahkan porsi azab kepada seseorang yang jahat menurut keadilan-Nya. “Matematika anomali” ini turut mengukuhkan pendapat para ahli bahwa Islam sesungguhnya hadir tanpa Teologi.

Rumusan Muhammad: “Pelihara anjing jaga/berburu tidak masalah; pelihara anjing biasa tergerus 2 Qirat setiap hari”. Matematika  Muhammad ini salah kaprah, karena bagaimanapun kehidupan anjing dimulai dengan anjing biasa sebelum bisa dilatih jadi anjing jaga/berburu. Katakanlah misalnya diperlukan latihan selama 6 bulan sejak usia 6 bulan. Maka si pemilik anjing-jaga bagaimanapun akan otomatis terkuras 2 qirat sehari selama setahun = 730 qirat! Dan anjing jaga yang dihasilkan itu toh tidak bisa mengembalikan qirat yang terkuras karena Allah juga tidak mempahalakannya. Jadi kenapa Muhammad memberi kemudahan bagi seseorang untuk terkena pengurangan sekian Qirat yang tak bisa ditebus lagi?

5. Muhammad serba salah sehingga lebih jauh memberi konsesi terhadap kenajisan anjing.

Rasul Allah berkata, “Jikalau anjing menjilat/minum dari piring/mangkok kalian, maka perlu untuk mencucikannya 7 kali”. (HSB Buku no. 4, Hadis no. 173)

Muhammad berbicara tentang anjing biasa, yang makan dari piring tuan rumah. Kenajisan kehadiran anjing sudah mengurangi qirat tanpa bisa ditebus. Tetapi kini ada lagi semacam allowance (pembolehan) untuk tidak harus membunuh anjing tersebut menurut poin-poin di atas, melainkan ia bisa dibiarkan karena sudah dipersiapkan “penebusan” terhadap kenajisan baru yang diakibatkan oleh anjing tersebut bilamana terjadi jilatan najisnya terhadap piring makan tuan rumahnya. Tebusannya cukup dengan mencuci barang yang dijilatnya sebanyak 7 kali!

6. Muhammad antagonis dengan diri sendiri dan dengan Allah. Anjing yang najis tapi sekarat karena kehausan, rupanya mendapat belas kasihan Allah. Pada saat biasa anjing ini (najis menurut Muhammad) harus dibunuh. Tetapi pada saat anjing menderita, Allah malahan melimpahkan berkatNya bagi siapa saja yang menolong anjing tersebut. Dosa setingkat pelacuran pun Allah hapuskan! Dan ini diketahui oleh Muhammad.

Nabi berkata, “Ketika seekor anjing berjalan berputar-putar di sebuah pinggiran sumur dan sepertinya hampir mati kehausan, maka seorang pelacur bani Israel melihatnya kemudian membuka sepatunya dan mengisinya dengan air (dan memberi minum anjing itu). Maka Allah mengampuni wanita itu, sebab perbuatan baiknya”. (HSB Buku no. 56, Hadis no. 673)

Aneh, Allah memang mengasihi anjing yang Dia ciptakan sendiri, khususnya yang menderita. Ini tentu masuk akal. Tetapi Muhammad diperintahkan untuk membunuh anjing yang Allah ciptakan (oleh siapa?). Sebaliknya orang yang najis (pelacur Yahudi) bahkan mendapat pahala dari Allah ketika ia menyelamatkan (bukan membunuh) anjing najis yang sedang sekarat. Dua kenajisan diampuni Allah seketika disini! Jadi ada yang salah secara antagonistis disini: Muhammad terhadap dirinya, atau terhadap Allahnya, atau salah kaprah semuanya?  Sahabat-sahabat Nabi dan Muslim kini ikut-ikut salah tingkah, karena tidak berani bertanya: “Sesudah itu so what?” Haruskah – sesudah anjing itu tidak haus lagi – ia lalu dibunuh?

7. Akhirnya, semua “bentuk jihad” terhadap anjing hanyalah sebuah kepercayaan mistis pribadi dari seseorang Rasul Allah yang memaksakan dirinya harus dikunjungi para malaikat:

Orang Muslim merasa sangat terganggu dengan kehadiran anjing pelacak

 

Rasul Allah berkata: “Malaikat-malaikat tidak menemani para traveller (orang-orang yang bepergian) yang mengikut sertakan anjing dan juga lonceng”. (HSM Buku no. 24, Hadis no. 5277)

“Kami, malaikat-malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar lukisan atau anjing”. (HSB Buku no. 54, Hadis no. 450)

“Anjing warna hitam adalah setan”. (HSM Buku no. 004, Hadis no. 1032)

 

JIHAD MISTIS MUHAMMAD YANG MISTERIUS TIDAK TERJAWAB SELAMANYA

  • Ada urusan HAKIKI apakah maka para malaikat surga itu hanya mau menemani traveller yang steril dari lonceng dan anjing? Apa yang bisa dipersalahan kepada sebuah anjing, apalagi lonceng?
  • Malaikat hanya mau masuk kerumah yang polos tanpa gambar lukisan? dan mengharamkan alat musik? (HSB Buku no. 69, Hadis no. 494;  Ibnu Majah no.4020)

 

Anjing hitam dikatakan setan? Sungguh vulgar dan absurd!

Bagaimana anjing bisa menjadi setan semata karena bulunya warna hitam? Allah tidak menciptakan satu setan pun. Setan menjadi setan karena ia memberontak terhadap Allah. Tetapi anjing hitam yang Allah ciptakan tidak pernah memberontak terhadap Allah. Kasih anjing kepada pemiliknya justru jauh lebih mulia dan sekaligus mempermalukan kasih antar manusia yang sering egoistis menarik keuntungan sepihak! 

Jadi siapa yang menjadikan anjing setan? Apakah hanya karena anjing itu hitam maka ia  bisa didaulat para iblis dan menjadikannya setan? Kalau begitu semua orang dan binatang kulit hitam bisa jadi setan, dan memang adalah setan? Pertanyaan dan renungan bisa diteruskan yang tidak mampu dijawab oleh setan sekalipun!

 

Wanita Muslim diijinkan naik bis dengan kudanya ...Tetapi pria buta yang membawa anjing tidak diijinkan

Periwayatan Hadis-hadis Muhammad sungguh telah menjadi ocehan yang  melampaui batas akal sehat serta mendiskreditkan kenabiannya. Dimanapun, anjing adalah mahkluk yang paling mampu bersahabat tulus dengan manusia. Dimanapun, anjing hitam bukanlah setan, sama halnya seperti anjing putih, cokelat, atau separuh hitam dan putih!

Dan malaikat-malaikat sungguh tidak ada urusan apapun dengan puluhan ribu pet-dogs yang telah dibawa secara aman oleh para traveller ke dalam pesawat setelah dikarantina. Malahan berdasarkan analogi periwayatan diatas, Allah dalam kasih-Nya justru akan turut hadir di pesawat (tanpa memerlukan malaikat), ketika-mana ada anjing di dalamnya yang terkurung hampir mati kekurangan air atau oksigen!

Dan Muslim quo vadis? Bagaimana mereka bisa hidup tanpa boleh menghadirkan gambar lukisan dan musik dalam rumah mereka? Muslim mana yang sudah taat? Tidak cukup dengan itu Muhammad kembali menista anjing dan wanita dengan cara menyamakan kenajisan keduanya dalam dayanya memutuskan sebuah shalat kudus:

“Yang dapat memutuskan shalat adalah anjing, keledai dan wanita.’ Maka ‘Aisyah pun berkata, “Sungguh kalian telah menganggap kami (kaum wanita) sebagaimana anjing” (HSB Buku 9, Hadis 490).

Ya, Muslim terpasung disimpang jalan kebenaran. Tetapi Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”. Dia-lah yang mampu dan mau menawarkan terobosan yang sejati, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 14:6, 8:32)