Salah Satu Adegan Dalam Film “The Innocence of Moslems” Yang Menghebohkan – Pembunuhan Fatimah bint Rabiah
“Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”
"The Innocence of Moslems" versi lengkap bisa anda lihat di sini
Kisah Fatimah bint Rabi’a
Fatima bint Rabi’a adalah wanita dipakai sebagai contoh karena harkat dan martabatnya. Dia menolak untuk mengakui Muhammad sebagai seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi yang dianggap pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya tetapi mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan anak perempuannya. Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa, sebagaimana yang ditulis oleh Al-Athir dalam buku-nya.(1) Dan apa yang ditulisnya? O, tidak terucapkan (!), yaitu wanita tersebut yang adalah nenek tua yang berusia 70 tahun itu, harus menghadapi Muhammad yang memerintahkan satu dari budak yang cacat fisik untuk memperkosa anak perempuan dari si nenek tersebut di depan dirinya!
Setelah budak tersebut selesai melakukan perbuatannya yang najis, Muhammad masih memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya untuk menuntaskan pembunuhan terhadap Fatimah, walaupun banyak orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis: “Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”(2)
Betapa menjijikkan pembunuhan itu! Tuhan manakah yang dapat mengilhami seseorang untuk melakukan hal tersebut, dan tetap harus disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan Maha Penyayang?” Bagaimana Muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?! Jangan lupa bahwa kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan nabi besar itu dari ajaran Yesus dari Nazaret, yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya dan menyalibkan diriNya, dan yang dibalas oleh Yesus dengan meminta pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.
Artikel ini diambil dari buku: “Christ-Mohammed and I” karangan Mohammed Al Ghazoli (mantan Muslim, dan mantan sekretaris Presiden Libya Moammar Khadafi)
1. Lihat The Perfect in Histroy oleh Al-Athir, Vol. II, hal. 142.
2. The history of Nations and Kings oleh Al-Tabari, Vol. II, hal. 127.
Sumber Artikel: Bacabacaquran.com