Apakah Kita Akan Pergi Ke Surga Dan Mereka Akan Pergi Ke Neraka?
Tuhan bukanlah penjaga toko yang menimbang-nimbang antara perbuatan-perbuatan baik dengan yang jahat. (Sura al-Nisa 4:29, al-Tauba 9:111; Hud 11:114; Fatir 35:29-30) Sebagaimana halnya pohon apel akan menghasilkan buah apel, demikian juga kejatuhan manusia di dalam batinnya akan memanifestasikan dirinya melalui melakukan pelanggaran-pelanggaran dan dosa. Meskipun demikian, orang-orang Muslim tidak pernah menemukan di dalam Qur’an bahwa mereka adalah orang berdosa yang terhilang. Kekudusan Tuhan yang menghukum ketidakmurnian mereka, serta kasih dari Yang Maha Kuasa yang berjuang untuk mengalahkan sifatnya yang mementingkan diri sendiri, tidaklah mereka kenal. Allah bukanlah standard bagi Muslim! (Matius 5:48; Lukas 6:36) Tidak ada ukuran yang sifatnya umum antara Allah dengan ciptaanNya, dan sebuah jurang yang lebar tetap ada diantara Allah dengan ciptaanNya itu.
Oleh: Hamba-Hamba Tuhan
Pertanyaan ini bisa jadi merupakan sebuah pertanyaan yang penuh kedengkian, sinis, arogan dan rasis, jika bukan karena adanya sebuah ancaman yang sangat mengganggu yang diucapkan Allah dalam Qur’an – ditujukan kepada setiap orang Muslim:
Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang lalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Sura Maryam 19:71-72)
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
Allah memulai percakapan apokaliptik ini dengan mengancam semua orang-orang tidak percaya yang tidak meyakini akan kebangkitan orang mati. Allah memperingatkan mereka dalam bentuk plural majestik:
Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami, bangkitkan mereka bersama Setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.
Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa dari antara mereka sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka. Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Sura Maryam 19:68-71)
فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا
ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيعَةٍ أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَنِ عِتِيًّا
ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَى بِهَا صِلِيًّا
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
Dalam percakapan yang mengerikan ini, Muhammad mengirim semua pengikut-pengikutnya ke dalam api Neraka yang menyala-nyala dan menjanjikan pada mereka, bahwa Allah “barangkali” pada satu titik di satu masa akan membawa keluar beberapa dari mereka, yaitu mereka yang takut kepada Allah. Bukan hanya semua orang yang melakukan hal yang tidak benar, tetapi juga semua animis, Yahudi, Kristen, akan dibakar di sana untuk selama-lamanya. (Sura 3:56; 5:72-73; 7:38-39; 85:10; 98:6)
Apa yang harus dikatakan oleh Ibn Hisham, penulis biografi mengenai Muhammad, tentang ayat ini?
Setelah menyelesaikan gencatan senjata dengan orang-orang Mekah, Muhammad menantang pasukannya, pada tahun 630 AD, untuk menyiapkan perang melawan orang-orang Kristen Byzantium di Utara Peninsula Arabik. Tak ada lagi harta jarahan yang bisa mereka peroleh di wilayah Mekah dan Medina, karena hampir semua suku-suku Bedouin telah menyerah kepada Islam. (Sura 49:14) Namun demikian, orang-orang Muslim menjadi ragu-ragu, dan menolak untuk pergi berperang di tengah-tengah musim panas yang menyengat, menghadapi sebuah kekuatan militer yang superior. Karena itu, Muhammad kehilangan kesabarannya dan mengeluarkan ancaman akan penghukuman Allah kepada mereka, sehingga pada akhirnya sebuah pasukan dengan jumlah memadai bersedia mengangkat senjata menghadapi orang-orang Roma yang ada di sebelah Timur.
Salah seorang kombatan bernama Abdallah b. Rabaha. Ia menangis ketika ia mendengar ancaman neraka dan berkata: “Saya tak tahu bagaimana saya bisa keluar ketika saya ada di sana!”
Dalam sebuah puisi, ia memohonkan pada Allah untuk mengijinkannya mati sebagai seorang martir, karena berdasarkan kotbah Muhammad, inilah satu-satunya cara yang memastikan seseorang untuk memasuki Firdaus. (Sura Al ‘Imran 3:142. 157-159. 169. 170; al-Tauba 9:19.88.89.111; Muhammad 47:4-6; al-Fath 48:17; al-Saff 61:10-12)
Abdallah tewas dalam pertempuran jarak dekat, demikian juga Zaid b. Haritha, anak angkat Muhammad dan sepupunya Djafar b. Abu Talib. Setelah penarikan pasukannya, Muhammad bersumpah akan membalas dendam atas kekalahan ini terhadap orang-orang Kristen Roma yang ada di Timur (Ibn. Hisham, The Life of Muhammad, Book II halaman 262-267).
Para komentator Qur’an mengalami kesulitan untuk menghasilkan sebuah penjelasan atas ayat yang menggambarkan tentang api yang menyala-nyala, yang bisa diterima oleh orang-orang Muslim. Karena itu mereka mencoba untuk merasionalisasikan ayat ini. Namun demikian, adalah mustahil untuk menjelaskan fakta, bahwa berdasarkan teks Quranik, semua pengikut Muhammad harus pergi ke Neraka.
Apa yang ditulis oleh al-Tabari, seorang ekspositor serius Qur’an mengenai ayat ini?
Dalam eksegesisnya tentang ayat ini, al-Tabari (wafat tahun 923 AD) menyatukan beberapa tradisi-tradisi yang berbeda-beda, sejumlah komplementari, kontradiksi-kontradiksi lainnya, semuanya yang berhubungan dengan Muhammad.
Berdasarkan riset yang ia lakukan, semua Muslim tidak hanya akan masuk ke tepian Neraka, tetapi mereka harus masuk ke dalamnya!
Semua orang percaya dan yang tidak percaya, suci dan tidak suci, ditentukan untuk masuk ke dalam api yang menyala-nyala, atau setidaknya, harus melaluinya.
Tradisi lainnya melaporkan bahwa ketika orang-orang Muslim yang takut Tuhan tiba di neraka, api itu akan dipadamkan, sehingga mereka akan bisa menyeberanginya tanpa terluka menuju Firdaus.
Berdasarkan pendapat-pendapat lain, seluruh dunia akan menjadi api pada hari kebangkitan dan karena itu semua manusia akan terpanggang di dalam api neraka.
Beberapa orang berspekulasi bahwa demam tinggi yang akan diderita oleh beberapa dari mereka, merupakan anugerah Allah, yaitu sebuah substitusi untuk neraka, sehingga orang-orang yang beruntung ini dibebaskan dari siksaan api.
Beberapa orang menangis ketika mereka mendengar pengumuman mengenai api neraka yang tidak akan bisa mereka hindari. Salah seorang dari mereka berkeluh-kesah: Oh, seandainya ibuku tidak melahirkan aku! Saya tahu bahwa saya akan pergi ke neraka. Tetapi saya tidak tahu apakah saya akan bisa keluar dari situ atau tidak!
Beberapa orang Muslim ingat akan jembatan di atas kawah neraka, yang mana Muhammad telah mengatakan, setiap jiwa akan pergi ke situ. Jembatan perlintasan ini tajam seperti sisi sebuah pedang. Roh-roh jahat akan berusaha, dengan menggunakan kaitan dan balok, untuk menarik mereka yang sedang melintas agar masuk ke neraka. Namun setiap orang, akan hangus oleh jilatan api. Orang-orang Muslim terbaik akan dipercepat melintasi jembatan pengujian itu dengan kecepatan cahaya. Orang-orang yang baik akan melintasinya dengan sayap-sayap angin, sementara mereka yang kurang bersungguh-sungguh akan melangkah dengan kecepatan seekor kuda pacu, dan mereka yang imannya mengalami defisiensi akan berjalan dengan kecepatan seekor domba atau kambing.
Beberapa pendengar meyakini bahwa mereka telah mendengar pernyataan Muhammad yang mengatakan bahwa tidak semua pengikut-pengikutnya akan dibebaskan dari neraka pada saat yang sama, tetapi yang terjadi adalah satu demi satu berdasarkan tanggungjawab religius yang mereka telah lakukan. Namun demikian, setelah periode menunggu yang lama, setiap orang yang mengakui bahwa ”Tidak ada Tuhan selain Allah” akan diambil keluar dari api. Pada akhirnya, semua orang yang percaya kepada Allah dan nabiNya, akan dipanggil keluar dari siksaan yang mereka alami, bahkan jika iman mereka hanya sebesar biji gandum! Tetapi semua penyembah berhala, semua orang Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan semua orang yang suka mencela akan dibakar untuk selama-lamanya di api yang menyala-nyala.
Ada beberapa orang Muslim yang menegaskan bahwa mereka telah mendengar dari bibir Nabi mereka, bahwa inventaris dari perbuatan baik seorang Muslim di surga akan bergantung pada pencapaian tanggung-jawab religius seseorang di bumi: sujud berdoa lima kali sehari pada jam yang sudah ditentukan, berpuasa hingga matahari terbenam selama bulan Ramadhan, membayar pajak keagamaan yang diwajibkan, mengambil bagian melaksanakan ibadah haji ke Mekah, dan tidak takut untuk melaksanakan jihad (perang suci). Dosa-dosa mereka yang dihapuskan, menentukan derajat akan diekspos ke api yang bagaimana orang-orang ini: Apakah mereka akan berdiri dalam bara api yang membara hingga mata kaki, lutut, pinggul, payudara atau leher mereka. Namun wajah orang-orang Muslim tidak akan pernah ditutupi dengan batu bara yang terbakar supaya mereka akan memiliki kemungkinan untuk mengakui iman mereka kepada Allah. Tetapi tidaklah demikian dengan non-Muslim: Mereka akan ditelan oleh nyala api itu. Jika orang-orang Muslim berdiri di dalam api dan mereka secara terus-menerus mengulangi kedua pengakuan iman mereka, maka mereka akan dibebaskan dari penyiksaan itu setelah waktu menunggu yang panjang dan akan diperlihatkan jalan ke Firdaus. Di sana, para malaikat akan menyiram mereka dengan “air kehidupan” sehingga luka-luka mereka, yang diperoleh di dalam api, akan sembuh dan tidak meninggalkan bekas.
Apa yang ditulis oleh al-Razi, komentator mistik Qur’an mengenai ayat ini?
Fakhr al-Din al-Razi (wafat tahun 1209 AD), penafsir Qur’an berikutnya, menegaskan dan semakin memperluas argumentasi al-Tabari. Ia menambahkan tradisi-tradisi lebih jauh mengenai Muhammad:
Ketika meyakini bahwa orang-orang Muslim akan masuk neraka, mereka akan merasa dingin seperti tengah berada di lemari pendingin, sebuah tempat yang penuh dengan damai dan sukacita. Di sana mereka akan menggigil dan gigi mereka bergemeretak. Abraham (!) juga sudah mengalami pengalaman yang sama dalam dapur api yang ada di Eufrat. (Sura al-Anbiya 21:68-69)
Al-Razi menulis bahwa jaminan iman dari orang-orang Muslim yang takut kepada Tuhan diperkuat melalui pengalaman akan dinginnya neraka, selagi mereka mengamati penderitaan yang berat yang dialami oleh orang-orang fasik dalam api yang membara di alam bawah. Pengharapan mereka terhadap janji untuk memperoleh kebahagiaan di Firdaus karena itu diperkuat dan kesadaran mereka akan penderitaan yang harus ditanggungkan oleh orang-orang berdosa dalam api, semakin besar. Lebih jauh lagi, menjadi sangat jelas bagi Muslim di neraka bahwa Qur’an menyatakan kebenaran secara berterus-terang dan bahwa peringatan Allah merupakan hal yang patut dipercaya.
Namun orang-orang tidak percaya, yang tetap dalam keadaan berlutut selagi ada dalam neraka, kebanyakan merupakan para politeis, yang menyembah ilah-ilah lain selain Allah. Berlutut di atas bara yang panas membuat mereka meraung-raung, mengharapkan sesuatu yang dingin, sementara orang-orang Muslim akan meninggalkan gua besar yang menyejukkan itu dengan penuh kemenangan!
Kehadiran neraka yang sifatnya terus-menerus dalam Islam
Kutipan dari para komentator Qur’an ini memperlihatkan dengan jelas bahwa neraka memainkan peran yang sangat besar di dalam pemikiran seorang Muslim daripada dalam pemikiran orang-orang Kristen. Muhammad menyebut neraka lebih dari seratus kali (77 kali dengan kata jahanam dan 26 kali jahim). Para pengikut Muhammad membaca lebih banyak mengenai sengsara yang akan datang pada mereka.
Dalam sebuah pertemuan di Freetown, Sierra Leone, seorang polisi Islamik menantang si pengkotbah dan berseru: “Kalian orang Kristen adalah para pengecut karena tidak memberitahukan pada kami seluruh kebenaran!” Sementara pengkotbah mencoba memahami pertanyaan itu, ia berpaling kepada si petugas polisi dan bertanya apa yang ia maksudkan. Ia menjawab: “Apakah benar atau tidak bahwa semua orang Muslim akan masuk neraka?” Pengkotbah ini, sambil berdoa dalam hati, berkata kepadanya: “Anda meletakkan pengharapanmu pada syariah! Tetapi engkau tidak pernah bisa melakukannya dengan sempurna. Engkau tidak berdoa lima kali sehari. Engkau tidak berpuasa secara konsisten selama bulan Ramadhan. Engkau mengkalkulasi pajak religiusnya dan sedekahmu untuk keuntunganmu sendiri. Dan bagaimana hubunganmu dengan isterimu, anak-anakmu dan para bawahanmu? Hukum yang olehnya engkau meletakkan keyakinanmu, akan menghakimi engkau. Karena syariah, maka tidak bisa ditawar-tawar lagi, engkau akan mendarat di neraka.”
Penginjil itu meneruskan: “Kami orang-orang Kristen tidaklah lebih baik dibandingkan kalian orang-orang Muslim! Namun demikian, kami membangun pengharapan kami bukan berdasarkan hukum, tetapi berdasarkan anugerah Yesus Kristus. Berdasarkan syariah, anak akan dihakimi, tetapi berdasarkan anugerah Yesus, kami akan diselamatkan!”
Hukum Taurat akan menghukum semuanya!
Setiap pembaca yang membaca dengan teliti surat-surat dari Rasul Paulus dan mengamati pergumulannya mengenai hukum Taurat dan Injil, akan memahami secara lebih jelas masalah di dalam Islam. Agama Muhammad adalah sebuah “agama di bawah hukum.” Orang-orang Muslim percaya bahwa kewajiban untuk beribadah dan melakukan tanggung-jawab harian lainnya, dan juga sanksi keras dari hukum, adalah kewajiban mengikat yang diperintahkan oleh Allah sendiri pada mereka, meskipun mayoritas orang Muslim hanya memiliki sebuah ide yang samar-samar mengenai legislasi. Di samping itu, kelima sekolah Islam legal saling tidak bersetujuan di antara mereka sendiri atas banyak pertanyaan mengenai syariah! Namun demikian, para fundamentalis sedang bekerja keras supaya syariah bisa diterima dan diberlakukan di semua negara-negara Islam. Mereka berharap melalui pemberlakuannya, mereka akan dibenarkan oleh Allah dan bisa mewarisi Firdaus. Dalam analisa terakhir, Islam adalah sebuah bentuk pembenaran melalui usaha dan perbuatan diri sendiri.
Namun, Injil memberitahukan pada kita lebih dari satu kali: Sebab semua manusia tidak akan dibenarkan di hadapan-Nya atas dasar perbuatan-perbuatan torat; karena pengenalan akan dosa itu melalui torat. (Roma 3:20, Galatia 2:16) Tetapi setiap orang yang hanya melanggar satu perintah, adalah seorang pemberontak di hadapan si Pemberi Hukum. (Yakobus 2:10) Paulus dengan kuat memberikan penekanan pada poin ini.
Sebab sebanyak orang yang hidup atas dasar perbuatan-perbuatan torat, mereka berada di bawah kutuk, karena telah tertulis, “Terkutuklah setiap orang yang tidak bertekun dalam segala hal yang telah tertulis di dalam kitab torat untuk melakukannya.” (Ulangan 27:26, Galatia 3:10)
Kesalahan dari orang-orang yang fanatik terhadap Hukum Taurat
Tuhan bukanlah penjaga toko yang menimbang-nimbang antara perbuatan-perbuatan baik dengan yang jahat. (Sura al-Nisa 4:29, al-Tauba 9:111; Hud 11:114; Fatir 35:29-30) Sebagaimana halnya pohon apel akan menghasilkan buah apel, demikian juga kejatuhan manusia di dalam batinnya akan memanifestasikan dirinya melalui melakukan pelanggaran-pelanggaran dan dosa. Meskipun demikian, orang-orang Muslim tidak pernah menemukan di dalam Qur’an bahwa mereka adalah orang berdosa yang terhilang. Kekudusan Tuhan yang menghukum ketidakmurnian mereka, serta kasih dari Yang Maha Kuasa yang berjuang untuk mengalahkan sifatnya yang mementingkan diri sendiri, tidaklah mereka kenal. Allah bukanlah standard bagi Muslim! (Matius 5:48; Lukas 6:36) Tidak ada ukuran yang sifatnya umum antara Allah dengan ciptaanNya, dan sebuah jurang yang lebar tetap ada diantara Allah dengan ciptaanNya itu.
Namun sebaliknya, dalam Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan “Kuduslah kamu, sebab Aku ini kudus!” (Imamat 11:44, 19:2, 1 Petrus 1:15-16) Ketidakberdosaan Tuhan mengekspos natur kita yang berdosa. (Yesaya 6:3-7) Semakin dekat seseorang hidup denganNya, maka semakin banyak ia menyadari akan kejatuhannya, dan kesombongannya digoncangkan ketika ia berada dalam kontak dengan kesempurnaanNya.
Sebaliknya dalam Islam, yang terjadi adalah berlawanan; Allah tetap menjadi sebuah ilah yang jauh. Itulah sebabnya mengapa Muslim menjadi buta terhadap fakta bahwa mereka, sebagaimana halnya semua manusia lainnya, telah terhilang di dalam keberdosaan mereka! Mereka menipu diri mereka sendiri karena berpikir bahwa mereka adalah pengamat yang baik dari Taurat dan menjadi orang-orang munafik yang sombong. Tetapi Alkitab memberitahukan kita: Tak ada seorang pun yang melakukan yang benar, tidak seorang pun! (Kejadian 6:12; Mazmur 14:1-4; Roma 3:10-12) Namun demikian, Muhammad dan para humanis mengajar kita hal yang bertentangan. Mereka berkeras bahwa pada dasarnya manusia itu baik, karena itu ia memiliki kapasitas untuk mengembangkan dirinya sendiri. (Sura al-Nisa 4:28, Hud 11:114; al-Ankabut 29:9)
Berkenaan dengan diri kita, Alkitab menjaga kita dari mendustai diri sendiri dengan beranggapan seperti itu, serta memperlihatkan pada kita jalan lain untuk bisa mengatasi perasaan bersalah dan ketidakbenaran kita. Yang pertama menjadi syaratnya adalah bahwa kita menyadari kegagalan kita dan dengan terbuka mengakui dan memohon ampun kepada Tuhan. Kesepuluh Hukum Taurat akan membantu kita untuk mengarahkan hidup kita (Keluaran 20:2-17), tetapi Kesepuluh Hukum itu sebenarnya bertujuan untuk menghukum pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita. Disamping itu, Yesus menunjukkan pada kita bahwa keinginan manusia sendiri sudah rusak. (Matius 15:17-20, 5:21-48)
Transformasi dari seorang berdosa harus dimulai dengan memperbaharui hatinya, hati nurani dan pemikirannya. Setiap orang yang tidak mau bertobat, mereka tidak akan bisa meloloskan diri dari penghukuman berdasarkan hukum Taurat. “Jika kita mengakui dosa-dosa kita, Dia adalah setia dan adil, sehingga Dia akan mengampunkan kepada kita dosa-dosa itu dan membersihkan kita dari segala ketidakadilan.” (1 Yohanes 1:8-10)
Orang Muslim sungguh menyadari bahwa mereka telah melakukan banyak pelanggaran-pelanggaran yang spesifik, dan memohon dengan sangat, sama seperti Muhammad sendiri, supaya Allah mengampuni mereka. (Sura al-Mu’min 40:55, Muhammad 47:19, al-Fath 48:2, al-Nasr 110:3) Apa yang belum mereka akui adalah bahwa mereka secara total telah bangkrut, dan mereka membayangkan bahwa mereka bisa mengkompensasikan perbuatan-perbuatan mereka yang jahat dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Asumsi yang menyesatkan menjadi kesalahan mendasar dari Islam!
Martin Luther menyaksikan melalui salah satu lagunya:
Tak ada yang baik dalam hidupku
Saya sudah dihukum untuk pergi ke neraka!
Pengakuannya menunjukkan dengan jelas bahwa orang-orang Kristen tidaklah lebih baik dibandingkan orang-orang Muslim. Keduanya layak untuk pergi ke neraka karena mereka tidak merefleksikan dan tidak hidup berdasarkan kasih Tuhan. (Kejadian 1:27, Roma 3:23-24)
Diperdamaikan dengan Tuhan!
Namun sebaliknya, Yesus telah datang sebagai anak domba Tuhan, menimpakan kepada diriNya sendiri dosa seluruh dunia. (Yohanes 1:29,36) Ia telah memperdamaikan setiap orang dengan Tuhan yang kudus, melalui penderitaan dan kematiannya bagi orang lain, di atas kayu salib. (2 Korintus 5:19-21) Hak untuk mendapatkan keselamatan sekarang terbuka bagi semua orang! “Sebab Elohim demikian mengasihi dunia ini, sehingga Dia mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan dapat memperoleh hidup kekal.” (Yohanes 3:16)
Siapa yang menerima pemberian Tuhan ini? Siapa yang mengijinkan dirinya untuk dibenarkan, setelah mengakui dosa-dosanya, melalui korban penebusan Kristus? Pertanyaannya bukan, apakah orang-orang Muslim atau Kristen akan dilemparkan ke neraka, tetapi sebaliknya, siapa yang tepat untuk mendapatkan hak istimewa yang disyaratkan oleh Kristus bagi semua orang, dan juga untuk mendapatkan kuasa dari anugerahNya? (Roma 5:1) Yesus telah menjamin kita bahwa:
Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa yang mendengarkan firman-Ku, dan percaya kepada Dia yang telah mengutus Aku, ia memiliki hidup kekal dan tidak masuk ke dalam penghakiman, melainkan telah berpindah dari kematian kepada kehidupan! (Yohanes 5:24)
Namun demikian, melalui hidup sama dengan dunia dan sikap berpuas diri, kebanyakan orang Kristen mengabaikan hak, dan kuasa penyelamatan Kristus yang sudah terulur pada mereka. Demikian juga dengan ketidakpercayaan mayoritas orang-orang Muslim kepada penyalibanNya dan transformasi energi dari Roh KudusNya, karena sura-sura di dalam Qur’an mengajarkan bahwa Putera Maria tidak pernah mati di kayu salib (Sura al ’Imran 3:55, al-Nisa 4:157), dan bahwa Roh Kudus sebenarnya tak lain adalah malaikat Jibril!
Karena itu, Kedua kelompok, memiliki hak untuk sebuah kehidupan dalam persekutuan dengan Tuhan! Tak seorang pun akan dibenarkan melalui usaha dirinya sendiri, namun hanya melalui anugerah dari Sang Penebus. (Efesus 2:8-9) Barangsiapa percaya kepadaNya, tidak akan masuk ke neraka! Tetapi barangsiapa menolakNya, menolak haknya untuk mendapatkan anugerah dan memilih untuk menjadi kesepian, tanpa harapan serta menderita karena terpisah dengan Tuhan.
Apakah perbuatan baik kita akan sia-sia?
Yesus memperingatkan para pendengarNya dengan berkata: “Bukan setiap orang yang berkata kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, dia akan masuk ke dalam kerajaan surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga!” (Matius 7:21) Percakapan yang suci tidak akan menyelamatkan siapa pun! Hanya melalui koneksi dengan Yesus Kristus melalui iman yang akan membebaskan kita dari dosa-dosa kita, dari penghakiman Tuhan, dari ikatan Setan dan dari kuasa kematian! (Yohanes 11:25-26) “Siapa yang percaya kepada-Nya tidak dihukum, tetapi siapa yang tidak percaya, dia sudah dihukum, karena dia tidak percaya kepada Nama Putra Tunggal Elohim.” (Yohanes 3:18) Melalui iman kepada Yesus Kristus kita mengenali Tuhan sebagai Bapa kita dan Yesus Kristus sebagai PutraNya: “Siapa yang memiliki Putra, dia memiliki hidup, siapa yang tidak memiliki Putra Elohim, ia tidak memiliki hidup.” (1 Yohanes 5:12)
Barangkali seseorang akan berkata: “Tetapi Yesus mengajarkan, dalam perumpamaan tentang Hari Penghakiman, bahwa hanya mereka yang melakukan yang baik yang akan masuk ke surga, dan yang lainnya akan dilemparkan ke dalam api neraka!” (Matius 25:31-46)
Sebagaimana yang sudah disebutkan, Alkitab mengkoreksi keberatan ini: Orang yang adil tidak hanya benar, tetapi bahwa mereka pun telah melakukan ketidak-adilan selama hidupnya. Dan mereka yang tidak mempunyai perasaan tidak hanya jahat, tetapi bahwa mereka pun pasti pernah melakukan kebaikan. Perbedaan di antara kedua kategori terletak pada fakta bahwa mereka yang dibenarkan, mengakui dosa-dosa mereka kepada Tuhan dan menerima pembersihan hati nurani mereka melalui darah Kristus, dan hal itu secara sempurna menghapuskan sisi-sisi negatif dari masa lalu mereka. Apa yang masih tinggal adalah pekerjaan baik yang akan diwariskan lewat mereka oleh anugerah Tuhan.
Sebaliknya, mereka yang bergantung pada kebenaran diri sendiri, menolak untuk merendahkan diri mereka. Mereka tidak mengakui dosa-dosa mereka kepada Tuhan dan tidak memperdulikan kematian Kristus untuk menebus manusia. Karena itu, apa yang mereka sebut sebagai perbuatan baik, dalam analisa akhir, hanya semata-mata melayani pembenaran diri dan memberikan kredit terhadap pribadi mereka, dan karena itu menjadi sia-sia. Pada akhirnya, dalam kasus mereka, yang tinggal hanyalah perasaan bersalah. Hanya Putra Tuhan yang sudah disalibkan yang menyelamatkan kita dan menyucikan kita untuk melayani BapaNya. “...Siapa yang percaya kepada Putra, dia mempunyai hidup kekal, tetapi siapa yang tidak menaati Putra, dia tidak akan melihat hidup, sebaliknya murka Elohim tinggal di atasnya.” (Yohanes 3:36)
Siapa yang akan pergi ke neraka dan siapa yang tidak?
Semua orang Kristen Muslim, Yahudi, Hindu, dan Budha, yang berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri melalui doa, puasa, memberikan korban dan melakukan perjalanan ziarah, sebenarnya tengah menipu diri mereka sendiri dan jatuh ke dalam sebuah kondisi kecemasan tanpa akhir dan pemisahan dari Tuhan, membawa kepada penyesalan yang terlambat. (Lukas 16:19-31) Jika orang mempercayai pembenaran moral mereka sendiri, dengan mengabaikan hukum Taurat, mengenai apa yang telah mereka tetapkan untuk pengharapan mereka, maka mereka akan dihakimi berdasarkan peraturan-peraturan ini. Dengan melakukan hal itu, mereka sendiri memilih neraka sebagai tempat bagi eksistensi mereka di masa depan.
Sebaliknya, setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamatnya untuk menghindari murka Tuhan, akan dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan yang dilakukan oleh Kristus. (Roma 3:24,28) Ia tidak akan pergi ke neraka, siapa pun ia.
Ada sebuah kuasa penyelamatan di dalam nama Yesus. “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Matius 1:21) Dalam zaman anugerah, Putra Tuhan sedang mengumpulkan para pengikutNya dari semua bangsa, agama, bahasa dan suku. (Wahyu 7:9-17) Hari ini, ada lebih banyak pengikut Yesus dari antara orang Yahudi, Kristen dan Muslim yang tergolong sebagai umat spiritualNya, lebih daripada yang kita ketahui. Mereka telah menghasilkan hidup kekal di dalam diri mereka sendiri dan mengalami damai dengan Tuhan, yang jauh melampaui semua pengertian. (Filipi 4:7)
Perumpamaan Yesus mengenai neraka
Berdasarkan kisah-kisah di dalam Injil, Yesus menyebutkan eksistensi neraka sebanyak 15 kali (Matius 5:29-30, 10:28, 11:23, 16:18, 23:15, Markus 9:43-47, Lukas 8:31, 10:15, 16:23, Wahyu 1:18); namun demikian, Putra Tuhan membahas subyek ini dengan hati-hati, sebab Ia tidak mau memenangkan petobat baru melalui intimidasi; sebaliknya Ia memperingatkan mereka akan realitas yang sangat menyakitkan (Markus 1:24) sebab Ia mengasihi mereka.
Pada saat kelahiran Yesus, malaikat yang menampakkan diri pada malam hari kepada para gembala yang ada di Bethlehem, memberitahukan kepada pada pendengarnya yang terkejut, agar mereka tidak lagi perlu merasa ngeri dengan dosa-dosa mereka, sebagaimana mereka menyadarinya ketika mereka tengah berada di hadapan terang Tuhan. Sebaliknya, para malaikat membawa kepada mereka “kabar baik mengenai sukacita besar.” (Lukas 2:10) Sejak itu, janji Tuhan adalah sesuatu yang berlaku bagi setiap orang percaya: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau; Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaanKu!” (Yesaya 43:1)
Pengampunan atas dosa-dosa kita, bukan hanya satu-satunya alasan akan kedatangan Yesus. Ia tidak hanya bermaksud untuk menyingkirkan aspek-aspek negatif dari hidup kita, tetapi bahwa Ia pun ingin memberikan hidup kekalNya kepada semua yang menerima pengampunanNya. (Yohanes 3:16, 10:10) Dalam doaNya sebagai Imam Besar, ia memohon: “Bapa, Aku ingin agar di tempat Aku berada, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, mereka juga ada bersama Aku, supaya mereka melihat kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, karena Engkau mengasihi Aku sebelum permulaan dunia.” (Yohanes 17:24, lihat juga 12:26, 14:2-3, 1 Yohanes 3:1)
Tuhan telah memberikan kepada nabiNya Yehezkiel wahyu berikut ini, 600 tahun sebelumnya:
Aku juga akan memberikan kepadamu hati yang baru, dan Aku akan menaruh roh yang baru di dalam kamu. Dan Aku akan menjauhkan hati batu dari tubuhmu, dan Aku akan memberikan kepadamu hati daging.
Aku akan menaruh Roh-Ku di dalam kamu, dan akan membuat kamu berjalan dalam ketetapan-ketetapan-Ku, dan kamu akan memelihara peraturan-peraturan-Ku, dan melakukannya.” (Yehezkiel 36:26-27, bandingkanlah kedua ayat itu dengan Mazmur 51:12-14, Yeremia 31:32-34)
Di dalam Islam, orang-orang Muslim tidak akan pernah bisa dipenuhi oleh Roh Kudus, dan mereka juga tidak akan mengalami pembaharuan pikiran melalui menerima kuasa Tuhan, dan juga jaminan akan harapan untuk menerima hidup yang kekal. Kebangkitan orang mati tidak ada artinya selain merestorasi seseorang kepada kehidupan sebelumnya, dengan semua penderitaan dan kesenangannya. Agama ini tidak mengakui kebutuhan akan pembaharuan spiritual dalam diri seseorang, kecuali agar ia tunduk kepada hukum, yaitu syariah.
Setelah Yesus, melalui korban penebusan yang telah Ia selesaikan, dimana Ia telah meruntuhkan “penghalang dari dinding pemisah” antara Tuhan dengan semua manusia berdosa, maka Tuhan bisa mencurahkan Roh Kudus kepada murid-muridNya yang menanti-nanti dalam doa. (Kisah Para Rasul 1:8, 2:1-4) Roh ini adalah hidup yang kekal (Yohanes 6:63), kasih ilahi (Roma 5:5), kuasa kekal (Kisah Para Rasul 1:8), kerendahan hati yang diam di dalam kita (Matius 11:29), sukacita yang dalam (Yohanes 15:11, 17:13), ungkapan syukur yang melimpah. (Efesus 1:14) Roh Kudus memproduksikan di dalam diri kita pekerjaan baik yang membawa kemuliaan bagi Tuhan. (Galatia 5:22-25) Melalui Roh ini, para pengikut Kristus telah mengalahkan neraka. Tujuan kita bukanlah kematian atau api pencucian, atau penderitaan dan horror di sepanjang kekekalan, melainkan hidup di dalam keluarga Bapa Surgawi kita. (Matius 6:9-15, Efesus 2:18-19)
Yesus berkata: “Jadi, jika kamu yang jahat saja tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, betapa lebih lagi Bapa yang dari surga, Dia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Lukas 11:13) Di sini, Kristus yang telah disalibkan dan yang telah bangkit mendesak kita:
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu! Carilah, maka kamu akan mendapatkannya! Ketuklah, maka akan dibukakan bagimu!
Sebab setiap orang yang meminta, menerima; dan yang mencari, mendapatkannya dan yang mengetuk, akan dibukakan.
(Lukas 11:9-10)
Kuis 6
Para pembaca yang terkasih,
Jika anda sudah mempelajari buku ini dengan seksama, maka anda akan dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Siapa pun yang menjawab 90 persen dari semua pertanyaan di buku yang berbeda dari seri ini dengan benar, bisa mendapatkan sebuah sertifikat dari kantor pusat kami.
Studi Lanjut
Mengenai Perbedaan-Perbedaan Dasar antara Islam dan Kekristenan
Sebagai sebuah peneguhan untuk pelayanan lebih jauh bagi Kristus, kami menghargai jika anda memasukkan juga referensi-referensi Qur’anik dalam jawaban anda.
1. Tuliskanlah ayat yang unik dalam Qur’an yang mengatakan bahwa semua Muslim akan masuk ke dalam neraka.
2. Menurut Islam, siapakah yang akan diselamatkan keluar dari neraka setelah ia masuk ke dalamnya?
3. Ayat-ayat mana dalam Qur’an yang mengatakan bahwa semua non-Muslim pun akan masuk ke dalam neraka juga?
4. Apa yang dikatakan oleh Ibn Hisham, penulis biografi Muhammad, mengenai ayat yang mengatakan bahwa semua Muslim harus masuk ke neraka?
5. Mengapa seorang Muslim berpikir bahwa kematiannya sebagai seorang martir adalah satu-satunya jalan untuk bisa diselamatkan dari neraka dan untuk bisa masuk ke dalam Firdaus? Ayat mana dalam Qur’an yang mensupport pandangan ini?
6. Ide-ide berbeda yang mana yang diberikan oleh al-Tabari, seorang komentator Muslim, untuk menjelaskan ayat Quranik bahwa setiap Muslim akan masuk ke neraka?
7. Bagaimana komentator al-Razi memperluas intepretasi al-Tabari?
8. Seberapa seringnyakah soal neraka disebutkan di dalam Qur’an?
9. Kata Arabik yang mana yang dipakai di dalam Qur’an untuk menunjukkan neraka?
10. Jalan lurus apa yang menjadi pengharapan seorang Muslim agar bisa keluar dari neraka?
11. Bagaimanakah iman Kristen berbeda dengan iman Islam dalam hal neraka dan keselamatan?
12. Apakah orang Kristen berdasarkan natur mereka lebih baik dari orang-orang Muslim, atau haruskah mereka pun masuk ke dalam neraka?
13. Bisakah perbuatan-perbuatan baik kita menolong kita untuk keluar dari neraka?
14. Apakah satu-satunya jalan yang aman untuk bisa diselamatkan dari neraka?
15. Siapakah yang sebenarnya akan pergi ke neraka berdasarkan Injil?
16. Apakah pewahyuan Yesus mengenai neraka dan bagaimana kita bisa selamat dari situ?
Semua peserta kuis ini diijinkan untuk menggunakan buku apa saja yang dipilihnya dan bertanya pada orang yang dapat ia percayai ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kami menantikan jawaban tertulis anda disertai dengan alamat lengkap anda pada surat anda atau e-mail anda. Kami mendoakan anda kepada Yesus, Sang Firman Hidup, agar Ia memanggil, mengutus, menuntun, menguatkan, melindungi dan menyertai anda setiap hari dalam hidup anda!
Saudaramu dalam pelayanan-Nya,
Hamba-hamba Tuhan
Kirimkan jawaban anda ke:
GRACE AND TRUTH, P.O.Box 1806
70708 Fellbach, Germany
Atau melalui e-mail ke:
Info@grace-and-truth.net